Kamis, 30 Juni 2016

  • Khutbah Idul Fitri 1437: Kejayaan Muslimin dengan Khilafah ‘Alaa Minhaajin Nubuwwah

    إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
    اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلّا إِيّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْن وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْن، وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْن، وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْن. لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ،لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد
    وقال يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
    وَ قَالَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ 
    Hadirin kaum muslimin wal muslimat rahimakumullaah.

    Gema takbir terdengar di seluruh penjuru dunia menyambut dan mengiringi hari kemenangan, harinya Umat Islam, Hari Raya Idul Fitri. Hari hamba Allah kembali kepada fitrahnya, kembali kepada kesucian diri, setelah sempat tercemari kotoran dosa dan maksiat. Kini bersih dengan ibadah puasa Ramadhan, bersih dengan shalat tarawih, bersih dengan tadarus Al-Quran, serta bersih dengan zakat dan shadaqah.

    Oleh karena itu, layaklah pada pagi ini kita mengumandangkan kemahabesaran Allah, bertakbir atas segala kekuasann-Nya, berkumpul di tempat lapang ini untuk kembali menghadirkan hati dan jiwa, mempersatukan hati-hati kita, menundukkan hawa nafsu kita dalam rangka membesarkan Asma Allah, memuliakan Agama Islam, dan meninggikan kalimat suci-Nya.

    Ini semua adalah wujud syukur kita atas segala karunia yang telah Allah limpahkan kepada kita sepanjang bulan suci ramadhan. Sejalan dengan firman-Nya:
    ….. وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُ اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
    Artinya : “…..Dan hendaknya kalian mencukupkan bilangannya dan hendaknya kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, niscaya kalian bersyukur”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185).

    Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa Hari Raya Idul Fitri ini bukanlah saat-saat berakhirnya peluang untuk berbuat kebaikan. Justru sebaliknya, bahwa Idul Fihtri merupakan saat awal memulai kehidupan baru dengan hati yang baru dan semangat yang baru pula, aqidah dan iman yang baru. Bukan semata baju dan kain yang baru. Seperti dikatakan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azis
    لَيْسَ الْعَيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ, إِنَّمَا الْعَيْدُ لِمَنْ خَافَ يَوْمَ الْوَعِيْدِ 
    Artinya : “BukanlahHari Raya ‘Id itu bagi orang yang memakai pakaian baru. Akan tetapi Hari Raya ‘Id adalah bagi orang yang  takut dengan hari pembalasan”.

    Imam Hasan al-Bashri bahkan menyebutkan :
    كُلُّ يَوْمٍ لَا يُعْصَى اللهُ فِيْهِ فَهُوَ عَيْدٌ، وَكُلُّ يَوْمٍ يَقْطَعُهُ الْمُؤْمِنُ فِيْ طَاعَةِ مَوْلَاهُ وَذِكْرِهِ وَشُكْرِهِ فَهُوَ لَهُ عَيْدٌ
    Artinya : “Setiap hari yang di dalamnya tidak ada kedurhakaan kepada Allah, maka itulah hari raya. Dan setiap hari di mana seorang mukmin tetap berada dalam ketha’atan kepada Tuhannya serta senantiasa berdzikir dan bersyukur kepada–Nya, maka bagi dia hari itulah adalah hari raya”.

    Adapun secara hubungan sosial, maka dengan adanya Hari Raya ‘Idul Fithri, maka terbukalah pintu saling memaafkan, leburlah segala dendam berkepanjangan, serta berganti menjadi saling bersaudara karena Allah. Allah pun menyebutnya di dalam ayat :
    خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَـٰهِلِينَ
    Artinya : ”Jadilah engkau pemaaf dan serulah (manusia) mengerjakan yang makruf (baik) dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Q.S. Al-A’raf [7] : 199).

    Ketika turun ayat tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada Malaikat Jibril, ”Apakah maksud ayat ini, wahai Jibril?” Lalu, Malaikat Jibril pun menjawab, ”Sesungguhnya Allah menyuruhmu memaafkan orang yang telah mendzalimimu, dan bersilaturahim terhadap orang yang memutuskan hubungan denganmu.

    اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد
    Mukminin Mukminat yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah. 

    Ibadah shaum di bulan Ramadhan yang baru saja kita laksanakan, beserta dengan seluruh rangkaian ibadah yang mengiringinya, seperti: shalat malam atau tarawih, shalat-shalat sunah yang mengiringi shalat fardhu, tadarus Al-Quran, tadarus Al-Quran, berdzikir dan berdoa, berzakat infaq dan shadaqah, dan amal kebaikan lainnya. Tidak lain adalah untuk mendorong kita dalam suatu proses tarbiyyah yang berkelanjutan dan berkesinambungan untuk menghantarkannya pada puncak nilai-nilai kemanusiaan yang disebut dengan “taqwallah”.

    Taqwa kepada Allah, inilah indikator utama kemuliaan, indikator utama kebahagiaan dan indikator utama kesejahteraan kit semua di hadapan-Nya. Seperti firman-Nya :
    يَآأَيـــُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 
    Artinya: ”Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13).

    Dengan ketaqwaan yang terus-menerus kita bangun dalam diri kita, dalam keluarga kita, di lingkungan kita, dalam komunitas masyarakat dan bangsa, maka, insya Allah akan menumbuhkan kesejahteraan dan keberkahan hidup yang senantiasa didambakan manusia secara universal.
    Allah menegaskan di dalam ayat:
    وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
    Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.  (Q.S. Al-A’raf [7]: 96).

    Sebaliknya, manakala segolongan manusia jauh dari takwa, jauh dari pembinaan iman, jauh dari masyarakat al-jama’ah yang terpimpin, malah bergelimang dengan dosa dan maksiat. Maka yang akan terjadi adalah penghidupan yang sempit di dunia dan kelak gelap gulita di akhirat. Na’udzubillaahi min dzaalik.

    Seperti peringatan Allah di dalat ayat:
    ومنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ 
    Artinya: “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Q.S. Thaha [20]: 123-124).
    اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد
    Saudara-saudara seiman seaqidah. 

    Kegembiraan dan kebahagiaan kaum Muslimin pada hari Idul Fitri ini, ternyata belum sepenuhnya terwujud secara menyeluruh. Sebab masih banyak di antara saudara-saudara kita kaum Muslimat yang dilecehkan di negeri minoritas di Eropa. Juga nasib jutaan Muslimin lainnya yang mengungsi meninggalkan tanah airnya, berpisah dengan sanak keluarganya. Dan masih terjajahnya ikhwan akhwat kita di bumi pernuh berkah, Palestina. Sementara nasib Muslimin di negeri-negeri Muslim dilanda perang saudara, darah tertumpah di kalangan anak-anak, ibu-ibu dan para orang tua warga sipil.

    Itulah desain global bagaimana Yahudi Zionis Internasional memecah-belah dunia Islam, meruntuhkan sendi-sendi kekuatan umat dan berusaha menghancurkan sistem khilafah pemersatu umat.

    Hesham Tillawi, seorang komentator politik di Louisiana, AS, mengemukakan bahwa konflik yang terjadi di Timur Tengah adalah bagian dari rencana Zionis memecah belah umat Islam. Menurut penelitiannya, ini bukan rencana Zionis baru, bahkan sudah dibicarakan sejak tahun 1982. Targetnya adalah agar perang benar-benar terjadi, dan negara-negara Arab saling menyerang dengan negara-negara Arab lainnya.

    Begitulah, kekuatan intelejen Zionis memang dirancang untuk menciptakan bagaimana tempat di Timur Tengah tidak stabil. Sehingga perhatian dan fokus dunia Islam yang sudah mulai menguat ke kawasan Al-Aqsha, terpecah atau teralihkan.

    Hal ini juga terungkap dalam penelitian Global Research pada 22 Maret 2015 yang menyebutkan, adanya dokumen pembentukan Israel Raya (Greater Israel) yang merupakan landasan kuat faksi Zionis dalam pemerintahan Netanyahu saat ini. Dokumen itu diperjuangkan oleh Netanyahu pada tujuan politik untuk mengabaikan negara Palestina.

    Dan rencana pecah-belah itu telah nyata diterapkan dalam konteks saat ini, seperti perang di Irak (2001), Libya (2011), Suriah (2012), Yaman (2015), proses perubahan rezim di Mesir, dan sebagainya.

    Sementara, sebagian Muslimin lainnya terlena dengan kekayaannya, dunianya, kekuasannya, sehingga melupakan jihad menegakkan kalimatullah hiyal ‘ilya, membela sesama Muslimin yang teraniaya.

    Inilah yang pernah digambarkan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam:
    يُوْشِكُ اَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ الأُمَمُ كَماَ تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا , فَقَالَ قَائِلٌ : أَوَ مِنْ قِلَةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ , وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ , وَسَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوْبِكُمُ اْلوَهْنَ. قَالَ قاَئِلٌ: ياَ رَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ .
    Artinya: “Hampir tiba saatnya persatuan bangsa-bangsa memperebutkan atas kamu sekalian sebagaimana bersatunya orang-orang yang berebut makanan yang ada dalam nampan”. Seorang sahabat bertanya, “Apakah karena sedikitnya jumlah kita pada sa’at itu Ya Rasulullah?” Beliau bersabda, “Bahkan jumlah kalian sa’at itu sangat banyak, tetapi kalian bagaikan buih yang mengalir di atas lautan. Dan sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh–musuh kalian rasa takut terhadap kalian. Serta dia akan memunculkan penyakit al-wahn dalam hati kalian”. Seorang sahabat bertanya, ” Ya Rasulullah, apakah al-wahn itu?” Beliau bersabda, “Cinta dunia dan takut mati”. (HR Abu Dawud).

    Sementara itu nasib dunia ini kini dikuasai dan diatur oleh ideologi kuffar, yang jauh dari nilai-nilai ilahiyah, jauh dari Al-Quran, jauh dari kebenaran, keadilan dan kejujuran. Maka, yang tampak adalah kerusakan di mana-mana, baik dari segi moral atau akhlak yang liberal, ekonomi kapitalisme yang penuh dengan ribawi, ideologi politik yang menindas, media yang berisi acara-acara yang cenderung membuka aurat, khalwat, hiburan melalaikan, berbagai tindak kriminalitas, narkoba, pergaulan bebas, hingga kerusakan alam akibat penggunaan zat-zat berbahaya.

    Ini merupakan bukti nyata bahwa sistem dan aturan yang diciptakan manusia, apalagi yang jauh dari Al-Quran tidaklah dapat membuat kesejahteraan dan kedamaian di dunia ini. Apalagi mampu menciptakan peradaban manusia yang sesungguhnya. Maka, di sinilah diperlukannya solusi terbaik untuk menata peradaban manusia pada umumnya, dan konsolidasi kaum Muslimin pada khususnya. Yaitu dengan tegaknya kesatuan umat Islam secara terpimpin di bawah seorang Khalifah atau Imaam bagi kaum Muslimin. Sebab, di tangan Khalifah atau Imaamul Muslimin inilah, tersebar petunjuk Allah, tegaknya amal kebajikan dan ketaatan kepada Allah. Seperti firman-Nya:
    وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ 
    Artinya: “Dan Kami jadikan masing-masing mereka sebagai pemimpin yang memberikan petunjuk kepada manusia dengan izin Kami.Kami perintahkan kepada mereka untuk melakukan amal-amal shalih, menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat.Mereka semua senantiasa taat kepada Allah.” (Q.S. Al-Anbiyaa [21]: 73).

    Ini pulalah jawaban Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam atas problematika dari segala keburukan yang ada, dalam sabdanya:
    تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ
    Artinya: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka!” (Hadits Shahih Bukhari dan Muslim dari Hudzaifah bin Yaman).

    Allah sendiri di dalam Al-Quran sudah mengingatkan akan pentingnya kesatuan Muslimin yang terpimpin di dalam ayat:
    وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بَعۡضُہُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ‌ۚ إِلَّا تَفۡعَلُوهُ تَكُن فِتۡنَةٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَفَسَادٌ۬ ڪَبِيرٌ۬
    Artinya: “Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kalian (kaum Muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu (bersatu), niscaya akan terjadi fitnah(kekacauan) di muka bumi dan kerusakan yang besar” (Q.S. Al-Anfal [8]: 73).

    Oleh karena itu, jama’ah kaum muslimin yang berbahagia.

    Menjadi kewajiban kita orang-orang yang telah dicelup dengan nuansa ibadah dan jihad sepanjang Ramadhan, dengan istiqamah mengamalkan dienullah, didasari iimaanan wahtisaaban, serta berjihad menegakkan Khilafah atau Jama’ah Imaamah dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian kita dakwahkan seluas-luasnya pada era informasi global saat ini.

    Terlebih dengan hadirnya Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud yang akan menerangi gelapnya dan carut-marutnya peradaban dunia, dengan nilai-nilai Al-Quran, melalui pengiriman para dai ke seluruh penjuru dunia. Serta didukung oleh Kantor Berita Islam MINA sebagai pelopor bersatunya media massa Islam internasional, yang akan menghadang kezaliman Zionisme Internasional.

    Hanya melalui jihad fi sabilillah dengan jiwa dan harta inilah, kita dapat mengangkat Islam sebagai agama yang mulia dan tiada yang melebihinya, ya’lu walaa yula ‘alaihi.

    Terlebih prioritas jihad yakni pembebasan Masjid Al-Aqsha, kiblat peratama umat Isla, negeri penuh berkah, tempat singgah Isra dan Mi’raj Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

    Imaam Yakhsyallah menghimbau kepada kaum Muslimin agar terus memompa semangat untuk membela Al-Aqsha.

    “Kebebasan Al-Aqsha bergantung kepada perjuangan dan usaha umat Muslim, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang akan mengubahnya. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus terus berusaha untuk membebaskn Al-Aqsha,” tegasnya di hadapan ratusan jamaah dan para tokoh Muslim yang peduli terhadap kondisi Masjid Al-Aqsha.

    Allah menegaskan di dalam ayat:
    وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ.  الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي اْلأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ اْلأُمُورِ
    Artinya: “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”. (Q.S. Al-Hajj [22]: 40-41).

    Ini pulalah yang disampaikan oleh Khalifah Umar bin Khattab, tentang mulianya kita apabila kita mengamalkan dan berjihad menegakkan Islam.
    نَحْنُ قَوْمٌ أَعَزَّنَا اللهُ بِالاِسْلاَمِ فَمَنِ ابْتَغَى الْعِزَّةَ بِغَيْىرِهِ أَذَلَّهَ اللهُ
    Artinya: “Kita adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam, maka barang siapa yang mencari kemuliaan selainnya, Allah pasti menghinakannya.

    Dan insya-Allah inilah yang Allah janjikan, tegaknya khilafah dengan amal sholih kita semua. Seperti firman-Nya:
    وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ 
    Artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia akan menjadikan mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang diridhaiNya untuk mereka dan Dia benar-benar akan mengganti (keadaan) mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku.Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (Q.S. An-Nuur [24]: 55).

    Nasihat untuk Kaum Muslimat

    Khusus kepada kaum muslimat kami sampaikan nasihat. Khatib pesankan kalian pandai-pandai bersyukur kepada Allah, berterima kasih kepada suami, berbakti kepada orang tua, mendidik dan membimbing anak-anak menuju ridha allah, serta tidak ketinggalan menopang perjuangan jihad fi sabilillah.

    Marilah kita akhiri dengan munajat doa kepada Allah.

    Doa


    الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .
    أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ  اْلأَحْزَابِ  اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ  وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ  اْلحِسَابِ اِهْزِمِ  اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ  اهْزِمْهُمْ  وَزَلْزِلْهُمْ.
    أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ  وَاِمَامَهُمْ  بِجَمَاعَةِ  اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً  كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ  قُوَّةً  غَالِبَةً عَلَى كُلِّ  بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ  وَفَاحِشٍ  وَمُنْكَرٍ.
    رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ.
    رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
    اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً. اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الكُفَّارِ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ.
    رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism