Kamis, 17 April 2014

  • Lima Pilar Kejayaan Islam (Bag 1)

    Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menggambarkan umatnya yang hidup di akhir zaman, akan mengalami perpecahan dan pertikaian serta banyaknya perbedaan pendapat yang berakhir dengan perseteruan. Hal ini terbukti dengan hadirnya berbagai bentuk pergerakan, organisasi, yayasan, yang hanya mengedepankan teori retorika ketimbang mengedepankan praktik estetika.
    Ilustrasi

    Dengan kata lain, hari ini umat Islam hanya bisa menyiapkan akademisi ketimbang praktisi, akibatnya banyak sekali program yang mandul dan terbengkalai, karena antara jumlah akademisi dan praktisi sangat tidak berimbang.

    Etos kerja menjadi tujuan utama yang menghasilkan para koruptor kelas tri hingga kelas kakap, sedangkan etika yang mampu melahirkan kejujuran dinomorduakan bahkan ditiadakan. Hari ini, umat Islam hanya banyak bicara, namun sedikit sekali bekerja, begitu banyak berjanji tanpa bukti, selalu berkhianat dan sangat sulit mencari yang amanah.

    Itulah keadaan umat Muhammad SAW, yang hidup diakhir zaman. Kondisinya sangat memprihatinkan, suasana semakin memburuk saat dunia Islam berperang satu dengan lainnya, sangat sulit berdamai, dan terus memberi kesempatan kepada musuh untuk mengadu domba, bahkan tidak sedikit umat Islam menjadi orang munafiq lalu bekerja untuk musuhnya demi secuil dunia yang diimpikannya.

    Rasulullah SAW bersabda, artinya, “Akan terjadi pada kalangan umatku banyaknya perbedaan pendapat dan terjadinya perpecahan, dan akan lahir kaum yang hanya Bisa Berkata Baik Tetapi Buruk Perangainya.” (HR. Abu Dawud).

    Kita sangat berharap dengan prolog seperti ini melahirkan kesadaran umat Muhammad SAW untuk mengerti betapa pentingnya nilai persaudaraan. Mari kita kembalikan slogan umat  untuk tetap dalam koridor persatuan “Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh,” kalau kita tidak bersatu, maka jelas akan selalu ketinggalan oleh umat lain yang selalu memanfaatkan keberadaan Muslimin di pentas dunia. Pertanyaannya, sampai kapankah umat Islam akan terus begini? Tidakkah  kita malu dengan kondisi carut marut internal kaum Muslimin selama ini?

    Terlebih saat dihadapkan pada problematika saudara sesama Muslim di Palestina, sungguh sangat mengerikan. Negeri para nabi itu sangat membutuhkan perhatian dunia baik sandang, pangan, papan atau bantuan politik dalam dan luar negerinya. Oleh karena itu, umat Islam Indonesia harus merasa terpanggil untuk melakukan tindakan nyata demi membantu keadaan saudara sesama Muslim di Palestina yang selalu dijajah Israel. Maka dengan ini mari kita galang, “ukhuwwah Islamiyah dan persatuan umat untuk kemerdekaan Palestina dan Al-Aqsha.”

    Ada beberapa dasar hukum yang melandasi mengapa umat Islam harus membantu perjuangan di Palestina antara lain sebagai berikut: Allah SWT berfirma, artinya, “Saling tolong menolonglah kalian dalam urusan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam urusan dosa dan permusuhan.” (Qs. Al Maidah: 3).

    Artinya, “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka perbaikilah diantara saudara-saudaramu dan hendaknya bertaqwa kepada Allah.” (Qs. Al Ahzab: 10).

    Bahkan, Rasulullah SAW pun bersabda, Artinya, “Seorang muslim adalah menjadi saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menganiayanya, tidak boleh menyerahkannya pada musuhnya, barangsiapa membantu hajat kebutuhan saudaranya, maka Allah didalam hajat kebutuhannya, barang siapa membantu kesulitan seorang muslim maka Allah akan membantu satu kesulitannya kelak dihari qiyamat, dan barang siapa yang menutupi keburukan saudaranya maka Allah akan menutupi kesalahannya dihari  kiamat.” (HR. Muttafaq a’laih).

    Dalam upaya membangun ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat dalam berbagai hal, tentunya bukan upaya baru bagi kita umat Muhammad SAW, dari semenjak dahulu para alim ulama para cendekiawan muslim mengajak agar umat ini tetap dalam kesatuan dan persatuan menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyyah, namun dalam perjalannya upaya ini selalu gagal ditengah jalan dan begitu banyak rintangan.

    Nampaknya perlu upaya baru untuk merintis kembali pekerjaan membangun ukhuwah Islamiyyah, dan sangat diharapkan adanya terobosan yang lebih berani untuk mengajak umat kearah persatuan dan kesatuan yang sangat kita idam-idamkan. Dalam memperjuangkan persatuan dan kesatuan itu, hendaknya sebisa mungkin hindarkan sifat putus asa disaat upaya kearah ukhuwah ini sedang kita bangun meskipun selalu dihantui oleh kegagalan.

    Setidaknya kita mencoba menoleh ke belakang sejarah keemasan Islam dari kurun waktu ke waktu, lalu kita menapaktilas tamadun kejayaan Islam itu, semoga kiranya masih ada harapan bagi umat Islam untuk kembali meraih kejayaan, kemulian, dan keagungan Islam yang dahulu telah kita miliki.

    Tentu harapan itu masih ada, namun kita harus bekerja keras untuk mewujudkan harapan itu. Kejayaan Islam itu hanya akan dapat terwujud melalui kesungguhan berjihad dalam berbagai lini kehidupan. Bisa jadi, ukhuwah Islamiyyah dan persatuan umat ini akan terjalin melalui lima pilar kejayaan Islam antara lain:

    Pertama, KEKUATAN AGAMA

    Jihad tanpa pondasi agama yang kuat, tidak mungkin sampai kepada tujuan dan cita-cita suci memuliakan Islam. Sebab itu hanya akan menjadi angan-angan kosong yang menyebabkan kita kehilangan waktu, tenaga, pikiran dan kesempatan.

    Karena itu sebelum niat untuk berjihad, hendaknya mengontrol dahulu kekuatan yang kita miliki, dari aqidah, akhlaq keislaman dan dari Muaamalahnya secara umum, karena tanpa kita kontrol pondasi kekuatan Islam yang seharusnya dimiliki oleh seluruh umat Islam, jangan harap kita akan meraih izzah Islam wal muslimin.

    Aqidah yang kita miliki harus bersih dari unsur kesyirikan, harus sanggup jauh dengan dunia thoghut, sehingga jelas wala’ dan bara’ kita hanya untuk Allah SWT, kalimatut Tauhid harus diusung diatas pondasi aqidah ini.

    Di antara Aqidah yang sedang kita perjuangkan adalah : kita tidak mengkafirkan orang Muslim manapun hanya karena melakukan dosa besar terkecuali syirik, dan kita berkeyakinan bahwa : setiap orang Islam yang melakukan dosa, selagi dosanya tidak mengeluarkan dirinya dari wilayah Islam, maka tetap orang tersebut adalah orang Islam, haram untuk dikafirkan.

    Dengan keyakinan seperti ini, kiranya kita dapat mempersatukan umat Muhammad SAW, namun tentunya tetap berpendirian pada kewajiban amar ma’ruf dan nahyi anil munkar mastatho’naa, karena soal Ishlah pada tubuh umat ini harus sejalan dengan cita-cita yang sedang diperjuangkan.

    Kedua, KEKUATAN EKONOMI 

    Kita harus sadar bahwa 90% atau mungkin 100% ekonomi dunia dikuasai kapitalis Yahudi dan Nasrani. Itu artinya kita sedang dijajah oleh mereka dari unsur ekonomi, dan penjajahan dengan model seperti ini akan lebih berbahaya bagi umat Islam.

    Mengapa Demikian? Karena umumnya penjajahan mengatas namakan apapun pasti memancing Mujahid yang siap berjuang melawan penjajahan, tapi ketika ekonomi yang dijajah tidak muncul Mujahid-mujahid yang siap bertempur melawan penjajah, bahkan yang ada adalah Mujahid–mujahid itu terpedaya oleh dunia ekonomi, diikuti oleh ulama, ustadz yang tidak lagi memiliki kejujuran dan amanah.

    Belum lagi dari kebisaan kita mengonsumsi makanan dan minuman produk mereka orang Yahudi dan Nasrani, dari KFC, Hamburger, Pizza, Coca-cola, mirinda, seven up, dan produk-produk lainnya, dan anehnya mujahid-mujahid Islam seperti ini merasa bangga dengan makanan dan minuman yang dikonsumsinya, sambil merokok pula mereka mengatakan gaya hidup kita memang harus berbeda dengan yang lain.

    Oleh karenanya slogan boikot produk yahudi yang selalu kita serukan disetiap event ataupun kongres hanya akan menambahhebat pelecehan mereka dan tertawa mereka semakin terbahak-bahak, (jika umat Islam tidak berbuat lebih), inilah kenyataan dan fakta kaum Muslimin di akhir zaman.

    Dalam kondisi seperti ini mestinya umat harus segera sadar, untuk membangun pondasi ekonomi guna menopang perjuangan Islam, menciptakan produk Islam baik dari makanan ataupun minumannya. Dan dari permodalan yang jauh dari unsur riba yang diharamkan.

    Ketiga, KEKUATAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

    Umat Islam harus memiliki sistem pendidikan berbasis Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah serta menitikberatkan pada akhlaqul karimah, menjauhi sistem pendidikan produk barat  yang berkiblat pada sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme. Umat Islam jangan lagi bangga dengan lulusan Amerika, Australia, Inggris, Kanada dll, kalau hasilnya hanya akan menjadi musuh dalam selimut, menjadi orang-orang munafiq, menghancurkan Islam sehancur-hancurnya, dengan doktrin SPILIS (sekularisme, pluralisme,liberalisme) mereka.

    Sudah saatnya umat Islam menerapkan sistem pendidikan berlandaskan kepada Al-Qur’an da As-Sunnah serta akhlaqul karimah, pada tempat-tempat pendidikan kaum Muslimin baik di pesantren maupun di sekolah-sekolah umum. Sudah saatnya pula kita mempersiapkan ustadz-ustadz dan mujahid-mujahid untuk menyongsong kekuatan pendidikan dan pengajaran umat, demi masa depan generasi islam yang penuh harapan.

    Wallahu A’lam bis Shawwab.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism