Kamis, 08 Mei 2014

  • Jangan Abaikan Peringatan Allah

    Firman Allah Subhanahu Wa Ta’la : Artinya : "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS Thaha [20] : 124).

    Setiap manusia pasti ingin bahagia dan sukses. Sementara pemilik kebahagiaan dan kesuksesan adalah Allah SWT. Maka, dapatkah seseorang merengkuh kebahagiaan sejati dengan menjauh dan berpaling dari Allah rabbu'l 'alamin?

    Ayat di atas menjelaskan betapa menderitanya kehidupan  manusia yang jauh dari dzikrullah (mengingat Allah) dan berpaling dari ajaran-Nya.

    Makna Berpaling dari dzikrullah (mengingat Allah), dalam ayat di atas, Allah mengancam orang-orang yang berpaling dari mengingat-Nya dengan kesengsaraan di dunia dan akhirat.

    Berpaling dari dzikrullah memiliki banyak makna. Menurut Ibnu Katsir, maksud ayat tersebut adalah orang yang menentang perintah Allah dan menentang apa yang Allah turunkan kepada Rasu-Nya. Yaitu berpaling dari-Nya, berpura-pura lupa kepada-Nya dan mengambil selain petunjuk-Nya.

    Termasuk juga, berpaling dan menentang ajaran Allah dan Rasul-Nya yang terkandung dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Meragukan validitas ajaran Allah dan Rasul-Nya, tidak mengimani universalitas dan integralitas agama Islam dan keberadaannya yang relevan untuk semua zaman dan  tempat.

    Bermakna juga orang yang mengimani sebagian isi Al-Qur'an dan mengkufuri sebagian yang lain, menentang, melawan dan memerangi orang-orang yang berjuang dan berdakwah untuk tegaknya ajaran Allah dan Rasul-Nya, dan lain-lain.

    Semua perbuatan, perilaku dan sikap tersebut dapat masuk dalam kategori 'berpaling dari dzikrullah' dan semua itu membawa pelakunya pada kehidupan yang sempit, nestapa dan sengsara di dunia dan akhirat.

    Ancaman bagi Orang yang Berpaling dari Allah

    Ada dua ancaman yang ditimpakan kepada manusia yang berpaling dari Allah, sebagaimana diterangkan dalam ayat di atas.

    Pertama, penghidupan yang sempit
    Para ulama tafsir menjelaskan berbagai makna ‘ma’isyatan dhanka’ (penghidupan sempit) dalam ayat tersebut.
    Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, maksud 'penghidupan yang sempit' adalah kehidupan yang sengsara. Bahwasetiap kali Allah menganugerahkan sesuatu kepada seorang hamba, sedikit atau banyak, tapi tidak digunakan untuk takwa kepada-Nya, maka tidak akan pernah ada kebaikan di dalamnya, dan inilah maksud kesempitan dalam hidup.

    Sementara menurut Imam Adh-Dhahhaak, Ikrimah dan Malik bin Dinar, yang dimaksud dengan 'penghidupan yang sempit' adalah perbuatan buruk dan rezeki yang busuk.

    Kedua, Dihimpunkan pada hari kiamat dalam keadaan buta
    Imam Mujahid, berpendapat, maksudnya adalah
    ia dihimpun pada hari kiamat tanpa memiliki hujjah (argumentasi, ketika diminta pertanggungjawaban).

    Menurut Ikrimah, maksudnya ia dibutakan atas segala sesuatu kecuali jahannam. Bisa juga bermakna ia dibutakan dari jalan ke surga dan keselamatan. Kemungkinan lain, maksud ayat tersebut adalah sesungguhnya ia akan dibangkitkan atau digiring ke neraka dalam keadaan buta mata dan buta hati. Ibnu Abbas Radhiallaahu ‘Anhu berkata, “Allah telah menjamin orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan ajarannya tidak akan sesat di dunia dan tidak akan sengsara di akhirat”.

    Untuk itu marilah raih kebahagiaan dengan taqwa insya Allah berkah dan jauh dari kesempitan dunia dan kesengsaraan akhirat.

    Sebagaimana firman Allah : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri”. (Al-A’raf [7] : 96). (Afta)
    Wallahu a’lam bishawab.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism