Menyampaikan Isi Risalah Kenabian

Rabu, 16 Juli 2014

  • Ramadhan Bulan Perjuangan

    Ramadhan adalah momentum bulan perjuangan dan tantangan, karena umat Islam tidak hanya berjuang menahan lapar dan dahaga  saja dari fajar sampai terbenam matahari ketika azan maghrib berkumandang. Banyak momen yang terjadi pada Ramadhan saat ini yang harus dijalankan oleh kaum muslimin selain berjuang menahan hawa nafsu.

    Diberbagai negara, menjalankan puasa Ramadhan berbeda halnya di Indonesia, mereka menjalankan penuh perjuangan dan tantangan dengan ujian lebih berat dari yang mereka rasakan.

    Ramadhan di Cina

    Situasi Ramadhan di kawasan bagian Asia Timur, Cina tepatnya di kota Xinjiang sebuah daerah otonom dari Republik Rakyat Cina di sebelah barat laut dengan populasi muslim Xinjiang sekitar 22 juta jiwa. Telah jelas Allah mewajibkan setiap seluruh umat Islam harus berpuasa pada Ramadhan tidak membedakan profesi, negara, budaya, suku bangsa dan bahasa.

    Namun lain halnya dengan Muslim di Xinjiang negara mayoritas Budha itu, menurut situs web Pemerintah Cina pada Rabu (2/7) mengumumkan bahwa mereka melarang muslim di Cina untuk menjalankan ibadah puasa pada bulan suci Ramadhan ini.

    Partai komunis Cina yang atheis berkuasa secara resmi  dan bertahun-tahun telah melarang warga  Xinjiang tidak hanya puasa namun juga  mengikuti praktik keagamaan trasisonal selama Ramadhan. Aturan tersebut terlihat lebih ketat dari pada beberapa tahun terakhir.

    Sementara instansi lainnya di Distrik Qaraqash, Xinjiang barat juga menyatakan, “Sesuai dengan instruksi pemerintah, kami menyerukan kepada semua pegawai untuk tidak berpuasa selama Ramadhan”

    Sebelumnya, China melarang semua pegawai di kantor-kantor pemerintah, rumah sakit dan sekolah di Wilayah Xinjiang melarang untuk berpuasa, dimaksudkan untuk menjamin kesehatan pegawai pemerintah.

    Peringatan pemberitahuan juga telah dipublikasikan yang menyatakan bahwa pejabat pemerintah tidak boleh puasa. Namun, instansi pemerintah tertentu juga pernah dilaporkan mendistribusikan kupon makanan gratis selama bulan Ramadhan.

    Dengan adanya laporan larangan Muslim Cina di Xinjiang untuk berpuasa selama , negara-negara Islam seperti Arab Saudi dan negara-negara lainnya mengecam larangan Pemerintah Cina tersebut.

    Larangan berpuasa bagi umat muslim di Provinsi Xinjiang, Tiongkok memanglah sagat disayangkan. Larangan itu juga berlaku bagi para mahasiswa jika ketahuan mereka akan dipaksa makan dan jika tetap berpuasa mereka akan dihukum, dan pemerintah akan memberikan peringatan resmi kepada Uighurs yang menolak makan akan berdampak tidak diberi surat kelulusan.

    Mereka mendesak Arab Saudi dan negara-negara Muslim lainnya untuk mengambil tindakan politik dan ekonomi terhadap Cina atas larangan tersebut. Mereka juga menyerukan untuk memboikot produk-produk Cina.

    Sebanyak 57 anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), mengatakan, pihaknya telah menghubungi Pemerintah Cina untuk membahas masalah tersebut.

    Mohammad Badahda, asisten skretaris jendral World Assembly of Muslim Youth.tindakan China merupakan pelanggaran terhadap Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang melindungi kebebasan beragama dan pendapat.

    Tidak hanya negara-negara muslim tapi negara minoritas muslim, anggota Parlemen Eropa Konservatif Inggris, Sajjad Karim, menyuarakan keprihatinan atas keputusan pemerintah Cina yang melarang pegawai pemerintah dan mahasiswa melaksanakan puasa selama Ramadhan.

    Menurut sebuah pernyataan pers yang dikeluarkan oleh partainya, dalam surat yang dikirim kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton di Brussels, Belgia, Karim menyeru Uni Eropa menjatuhkan sanksi terhadap Cina jika pemerintah tidak menghapus larangan tersebut.

    Ramadhan di Eropa

    Muslim Eropa dengan negara minoritas muslim harus merasakan harus menahan lapar dan haus lebih lama dari pada waktu berpuasa di Indonesia hanya 12 jam sehari. Warga Muslim di Inggris dan sejumlah negara di kawasan Eropa yang berdekatan lainnya berpuasa selama sekitar 19 jam pada bulan suci Ramadhan kali ini yang jatuh bertepatan dengan musim panas dengan waktu terbit dan terbenamnya matahari lebih panjang.

    Ramadhan di Palestina

    Lain halnya yang dialami rakyat Gaza, Palestina harus merasakan perjuangan yang luar biasa pada Ramadhan saat ini. Gaza seperti penjara dunia yang kuncinya dipegang oleh Israel, sampai saat ini operasi serangan terus dilakukan oleh Israel dari jalur udara sampai jalur darat, konflik ini bagaikan hukuman massal terhadap rakyat Gaza, hingga saat ini sudah memakan banyak korban tewas dan luka-luka baik itu anak-anak yang tak berdosa maupun wanita. Hal ini terjadi saat Ramadhan tiba yang telah dirasakan rakyat Gaza kehilangan keluarga, seperti halnya anak kehilangan orang tua atau sebaliknya orang tua kehilangan anak.

    Banyak media-media yang memberitakan situasi Gaza terkini serta dukungan dari negara-negara Muslim, ormas-ormas Islam, dan ulama seluruh dunia mengecam terhadap tindakan Israel. Umat Islam dari berbagai tempat mengadakan aksi longmarch menyerukan kemerdekaan Palestina dan meminta agar Israel menghentikan serangannya.

    Termasuk di Indonesia, lembaga dan ormas-ormas Islam lainnya terus mengadakan aksi longmarch di Jakarta dan daerah lainnya serta terus melakukan penggalangan dana dengan sosialisasi memberitahukan perjuangan Palestina dan pembebasan Masjid Al Aqsha kepada masyarakat Islam di Indoensia.

    Termasuk ketua MUI (Majlis Ulama Islam) NTT (Nusa Tenggara Timur) menyerukan dukungan dari pihak pemerintah dan muslim Indonesia dengan negara mayoritas muslim terbesar dapat mendukung dan membantu perjuangan Palestina semampu yang kita miliki karena kita sesama muslim bersaudara walaupun Gaza, Palestina begitu jauh dengan Indonesia tapi kita dapat merasakan pedih dan sakitnya penderitaan yang dialami saudara-saudara kita di Gaza.

    Wallahu A’lam bis Shawwab.
    sumber : mirajnews.com

  • Kamis, 10 Juli 2014

  • Pengaruh Shaum Dalam Kepribadian

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu shaum (berpuasa) sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah : 183)

    Kalimat “telah diwajibkan atas kamu berpuasa” menggunakan kata kutiba dalam arti  an naqsyu ‘ala al hajarah. mengukir di atas batu. Dengan kalimat tersebut dimaksud agar shaum betul-betul membekas dalam jiwa yang pengaruhnya mampu mengukir karakter atau kepribadian orang yang berpuasa.

    Shaum juga berarti  al imsaaku   artinya menahan diri atau pengendalian diri dari perkara yang tidak terpuji. Orang yang berpuasa adalah orang yang terlatih dalam hal pengendalian diri, matang dalam berpikir,bijak dan hati-hati dalam bertindak, tidak ‘grasa-grusu’.

    Kama kutiba ‘alalladzina min qoblikum seperti yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, artinya puasa tidak bisa lepas dari manusia. Baik manusia dulu maupun manusia sekarang bahkan manusia akan datang. Jika ingin tetap exis mempertahankan dirinya dan terangkat martabatnya sebagai manusia yang mulia di sisi Allah, maka harus menjalani prosessi kematangan diri yang disebut shaum atau puasa.

    La’allakum tattaqun agar kamu bertaqwa, artinya shaum atau puasa yang benar akan melahirkan manusia taqwa, suatu kedudukan derajat tertinggi bagi manusia di sisi Allah.

    Sebaliknya, shaum yang hanya dilakukan secara tradisi, sekedar menggugurkan kewajiban dengan menahan diri dari tidak makan dan tidak minum pada siang hari, tetapi tidak mengindahkan kaifiyatus shaum dengan benar maka shaum-nya sia-sisa. Dan itu yang tidak dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda :
    Artinya : “Beberapa dari banyak orang yang berpuasa hasil yang diperoleh dari puasanya hanya lapar dan dahaga saja. Dan beberapa banyak dari orang yang shalat malam hasil yang diperoleh hanya berjaga malam saja.”

    ADABIYAH SHAUM
    Untuk melakukan shaum yang berkualitas, perlu  memperhatikan adabiyah shaum antara lain sebagai berikut :

    Pertama, menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dapat merusak shaum, seperti mengumpat, menggunjing, mencela, memaki, dan sebagainya.
    Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda :

     “Barang siapa tidak meninggalkan perkataan ,’zur’ (dusta, umpat, fitnah, dan perkataan yang menimbulkan murka Allah, permusuhan) dan tidak meninggalkan pekerjaan itu serta sikap jahil, maka tak ada hajat bagi Allah ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)

    Kedua, tidak rakus dengan memperbanyak berbagai macam makanan dan minuman dikala berbuka dan bersahur.
    Ketiga, tidak banyak tidur di siang hari, tetap tetap beraktivitas dan meningkatkan ibadah dan amal sholeh.
    Keempat, menahan hati dan pikiran dari angan-angan dan keinginan-keinginan yang rendah apalagi tidak terpuji.
    Kelima, mentafakuri dahsyatnya lapar dan dahaga serta sengsaranya hari kiamat yang pasti akan dialami oleh setiap manusia.
    Keenam, menumbuhkan kepekaan iman, ketajaman penglihatan mata hati, dan rasa harap-harap cemas apakah shaum kita diterima atau ditolak.

    ATSAARUS SHIYAM (pengaruh puasa)
    Jika puasa kita lakukan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasulullah maka puasa akan berpengaruh dan memberi sibghah terhadap karakter dan mampu mewarnai sikap dan prilaku :

    Pertama : Dengan Imanan wahtisaban menciptakan iklim kondusif bagi hubungan seorang hamba kepada Allah dan hubungan social yang harmonis. Dan ini menjadi sumber segala keutamaan dan kemaslahatan. Keikhlasan dan kejujuran hanya muncul bila seseorang mampu menghubungkan jiwanya kepada Allah sehingga dimanapun dia selalu merasa dikontrol, diawasi Allah SWT.
    Karena itulah puasa sarat akan makna yang berdimensi nilai spiritual dan social yang sangat tinggi, mulia, dan suci. Al-Quran menyebut sebagai Hablum minallah wahablum minannas. Dengan dua hal tersebut manusia terangkat harkat dan martabat diri dan terjaga dari kehinaan dimata Allah SWT.(QS.Ali Imran ;112)

    Kedua : Puasa dengan karakternya akan menyentuh relung hait nurani, menggugah rasa cinta kasih terhadap sesama dan membangkitkan ketulusan jiwa yang melahirkan sikap itsariyah atau altruisme yaitu sikap tenggang rasa, kepekaan social dalam kebersamaan serta rela berkorban untuk perduli dan kebahagiaan orang lain dengan sympati dan empati. Dan hebatnya lagi dilakukan atas dasar mahabbah lillahi ta’ala tanpa pamrih. Dan hendaknya sifat ini dimiliki sebelas bulan kemudian, bukan sebaliknya, selepas Ramadhan menjadi sepi kembali. Jika ini terjadi, harus kita renungkan hasil shaum yang kita laksanakan selama ini!

    Ketiga : Puasa menurut penelitian para psikolog dan kenyataan membuktikan bahwa puasa mampu mengembangkan superego (nafsul muthmainnah). Kematangan emosional dan pengendalian diri dalam segala keadaan baik senang maupun susah, lapang maupun sempit tetap stabil. Tidak meledak-ledak seperti petasan atau merajuk-rajuk gelap mata dalam keputus asaan dari rahmat Allah. Dan kematangan superego atau nafsul muthmainnah ini menjadi produk puasa inilah yang mampu mengikis emosional yang destruktif, egoisme, dan arogan.

    Sayang seribu kali sayang keutamaan dari karakter Ramadhan pun hanya indah di bulan Ramadhan. tetapi kemudian perlahan-lahan pudar bersama berlalunya Ramadhan. Astaghfirullah..
    Keempat : Puasa yang benar dengan segala adabiyah-nya ini akan memberikan terapi terhadap berbagai macam penyakit social. Seperti akibat buruk dari falsafah sekuler, liberalisme, hedonisme, eksistensialisme dari barat yang di ekspor ke berbagai Negara muslim termasuk Indonesia sehingga umat Islam meninggalkan syareat agamanya dan cendrung menjadi penganut mereka yang permissire soecity, masyarakat bebas nilai jor-joran semau ‘gue.’

    Kita merasakan betul keprihatinan berjangkitnya penyakit social yang sudah menjadi wabah bahkan epidemi, seperti korupsi, manipulasi, prostitusi, aborsi, mutilasi, dan ekstasi. Subhanallah!

    Ini semua adalah produk dari manusia yang jiwanya sakit, nuraninya mati, karena kufur kepada Allah. Banyak orang pintar keblinger, banyak orang kaya harta miskin jiwa, banyak orang berpangkat tinggi tetapi martabatnya rendah. Banyak orang pandai bersolek mempercantik diri menjadi tampan dan cantik tapi hatinya busuk dan keji. Naudzubillahi mindzalik.

    Upaya memperbaiki keadaan seperti itu, harus diperbaiki manusianya. Manusia hanya bisa diperbaiki dengan konsep dan cara-cara yang datang dari yang menciptakan manusia yaitu Allah SWT. Allah telah menegaskan bahwa manusia yang hidup itu  punya jiwa, nafsu dan syahwat. Sedang nafsu dan syahwat itu hanya bisa dikendalikan oleh shaum atau  puasa bukan dengan yang lain.

    KESIMPULAN
    Dari sedikit uraian di atas kita sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa :Shaum atau puasa adalah ibadah khusus yang berdimensi spiritual dengan ibdatur sirri mampu menciptakan iklim kondusif bagi tumbuhnya iman dan ihsan yang menjadi inti dan sumber segala kebajikan dan keutamaan manusia. Membangun karakter dan kepribadian mukmin sejati yang bertanggung jawab terhadap segala ucapan dan amal perbuatannya di hadapan Allah dan manusia.

    Hidup itu memberi, bukan mereguk dan meraup apa yang ada dengan keserakahan. Seperti tamtsil sebuah pohon. (QS. Al-Fath : 29 dan QS. Ibrahim : 24–25).

    Akarnya menghujam ke bumi, teguh pendirian di atas aqidah Laa ilaaha illallah. Batangnya tegak di atas aqidah, tabah dan tegar menghadapi problem dan masalah. Daunnya rimbun, indah, sejuk dan menyejukkan. Siapapun dekat dan berlindung di bawah naungan akhlak pribadinya akan merasakan anggun, aman dan nyaman. Memberi buah setiap musim tanpa diminta.  Dari pribadinya mengalir kebajikan dan keutamaan tiada henti sepanjang hayat di kandung badan. Inilah jati diri rijatul mu’minin yang dicelup oleh celupan Ramadhan yang diberkati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sami’na wa atha’na terhadap segala printah dan titah Allah (QS.An-Nur ;51). Tulus dan ikhlas mengabdi tanpa pamrih (QS.Al Bayyinah ;5). Menempatkan sekala prioritas Allah, Rasul dan jihad diatas segalanya (QS.At Taubah ;24). Hidup terpimpin, taat, tertib dan disiplin dalam satu kepemimpinan yang mengikuti pola kenabian (QS.Al-Maidah 55-56 /An-Nisa ;59)

    Bisakah kita mendapatkan fadhilah Ramadhan pada tahun ini? Tergantung bagaimana kita memanfaatkan moment penting bulan mulia dan suci yang penuh barokah ini.

    Wallahu A’lam bis Shawwab.

  • Rabu, 02 Juli 2014

  • Ramadhan Memperkuat Spiritual Umat Islam

    Bulan suci Ramadan muncul setiap tahun untuk mengingatkan umat Muslim yang beriman agar kembali ke jalan Allah, mengikuti ajaran-Nya di seluruh sendi kehidupan demi mencapai perdamaian di dunia ini dan di akhirat.

    Siang hari puasa dan malam hari berdoa akan memperkuat spiritual keimanan menuju kehidupan yang baru. Hal ini menguntungkan seluruh umat manusia dan membuka lembaran perdamaian dan kemajuan yang baru. Ramadan bukan bulan untuk ajang belanja seperti kebanyakan orang yang salah meyakininya.

    Ini adalah bulan untuk berpuasa, koreksi diri, pengabdian, kemurahan hati dan pengorbanan yang dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia.

    Sementara hari-hari besar agama lain sebagian besar telah menjadi acara komersial. Bulan Ramadan mempertahankan makna spiritualnya yang kuat.

    Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan umat Islam pada 14 abad yang lalu bahwa puasa Ramadhan harus memiliki dampak nyata pada kehidupan mereka. Beliau  menasehati orang yang beriman: “jangan Biarkan   perilaku saat kamu sudah berpuasa dan saat kamu belum berpuasa sama.” Artinya, Ramadhan harus mengubah perilaku seseorang, sikap dan pandangan hidup mnjadi lebih baik.

    Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” 2:183). Sambil berpuasa, umat Islam harus merenungkan apakah puasanya telah membuatnya lebih bertaqwa kepada Allah dan menjadi saleh.

    Ramadan, Bulan Pelatihan

    Selama bulan itu, mereka berdoa memohon ampunan kepada Allah, membaca dan merenungkan Al-Qur’an pada siang dan malam hari. Mereka melakukan shalat Taraweh pada malamnya dan menghadiri ceramah – ceramah.

    Banyak orang beriman yang melakukan itikaf di masjid-masjid atau mengasingkan diri selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Mereka meninggalkan semua urusan dunia untuk mendekatkan diri kepada Allah.

    Kesabaran adalah sifat penting lainnya yang dikembangkan selama Ramadan melalui puasa.
    Allah telah menyebutkan kata sabar lebih dari tujuh puluh kali dalam Al Qur’an dan memerintahkan kesabaran lebih dari enam belas cara.

    Ketika seseorang berpuasa dari fajar hingga senja, meninggalkan makanan dan minuman dan hubungan suami istri selama beberapa jam, dia belajar menahan diri dan kesabaran.

    Ramadhan mendorong orang beriman untuk beramal dan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi umat manusia.

    Puasa di bulan ramadan membangun perasaan yang kuat di kalangan umat beriman bahwa Allah mengawasi semua kegiatan mereka.

    Selama Ramadan, umat Islam dilatih untuk menjauhkan diri dari dosa. Nabi telah menyarankan mereka, “Barangsiapa tidak meninggalkan dusta dalam kata dan tindakan, maka Allah tidak butuh puasanya.” (Bukhari). Hadits ini mengingatkan umat Islam bahwa mereka harus memurnikan perilaku mereka. Al-Qur’an telah menyatakan bahwa Nabi Muhammad “dikirim ke dunia untuk menyempurnakan agama.”

    Ramadhan merupakan bulan bagi umat Islam untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik, meninggalkan tindakan – tindakan yang tidak Islami dan tidak bermoral guna menuju keteladanan hidup. Nabi mengatakan, “Setiap orang mempunyai dosa dan yang terbaik dari orang-orang berdosa adalah mereka yang bertobat.” (Ibnu Majah).

    Allah memberikan banyak kesempatan untuk bertobat dan memberikan pengampunan-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Katakanlah, hai hamba-Ku yang telah menganiaya diri sendiri [dengan berbuat dosa], jangan putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “(39:53)

    Berpuasa bermanfaat secara medis.

    Puasa telah digunakan oleh pasien untuk mangatur berat badan, untuk mengistirahatkan saluran pencernaan dan untuk menurunkan lemak.

    Ada banyak efek samping dari puasa total dan diet yang berlebihan. Puasa menurut Islam berbeda dari rencana diet seperti itu karena dalam puasa Ramadhan tidak ada kekurangan gizi atau asupan kalori yang tidak memadai.

    Efek fisiologis puasa termasuk menurunkan gula darah, menurunkan kolesterol dan menurunkan tekanan darah sistolik.

    Bahkan, puasa Ramadan akan menjadi rekomendasi yang ideal untuk pengobatan ringan sampai sedang, stabil, diabetes non-insulin, obesitas, dan hipertensi esensial.

    Pada tahun 1994, Kongres Internasional pertama mengenai “Kesehatan dan Ramadhan,” yang diselenggarakan di Casablanca, memasukan 50 perluasan pembelajaran pada etika medis puasa.

    Kaum Muslimin bersaing satu sama lain dalam kegiatan amal selama bulan Ramadhan untuk memperoleh ridho dan pahala dari Allah. Abdullah bin Abaas berkata, “Nabi muhammad adalah orang yang paling dermawan di antara orang-orang, dan ia biasanya lebih dermawan di bulan Ramadan ketika malaikat Jibril biasa menemuinya setiap malam Ramadan sampai akhir bulan.” (Bukhari )

    Nabi berkata, “barangsiapa yang memberi makanan untuk berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, ia akan menerima pahala yang sama dengan orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala dari orang yang berpuasa itu.” (Tirmudi).

    Terinspirasi dari Hadits ini, umat Islam menghabiskan banyak uang selama bulan puasa untuk mendistribusikan makanan berbuka puasa di masjid-masjid dan tempat-tempat umum. Jutaan jama’ah mendapat makanan untuk buka puasa dari masjidil haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah tanpa menghadapi kesulitan apapun.

    Muslim di seluruh dunia berpuasa selama bulan suci itu, sehingga memperkuat persatuan dan solidaritas mereka. Mereka membutuhkan kesatuan ini kapan saja sebelum menghadapi tantangan yang lebih besar.

    Semua ajaran Islam mendesak umat Muslim yang beriman untuk berdiri bersama-sama dan tidak berpecah belah. Sayangnya, kita melihat sesama Muslim saling membunuh satu sama lain di Irak, Suriah, Afghanistan, Pakistan, Bangladesh dan negara lainnya di dunia. Hal ini membuat musuh-musuh mereka merasa senang.

    Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai, Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu – ketika kamu dahulu bermusuh – musuhan maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang – orang yang bersaudara; ...(QS. Ali Imran :103-105)

    Wallahu A’lam bis Shawwab.

    Oleh P.K. Abdul Ghafour, Wartawan Senior Arab News Jeddah*

  • Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism