Kamis, 19 Mei 2016

  • Pendaki Kebahagiaan

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?, (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir, Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang, Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. (QS. Al-Balad : 11-18)

    Jalan yang mendaki dan sukar itu adalah jalan yang menjanjikan keselamatan dan kebaikan. Lafaz {al – ‘aqobah} adalah kesulitan yang berat kemudian menceburkan diri dalam kesulitan karena menta’ati perintah Allah.

    Akhir dari perjalanan yang sangat sukar ini adalah kebahagiaan hakiki, yaitu surga. Karena surga tidaklah di dapat dengan cara yang mudah lagi penuh dengan kesenangan. Sebaliknya, jalan menuju neraka di penuhi dengan godan-godaan keindahan dan kenikmatan sesaat yang menyesatkan.

    Adapun jalan-jalan kesulitan yang harus di tempuh untuk mendapatkan akhir yang indah adalah diantaranya;

    Pertama, Melepaskan budah dari perbudakan, (al-Balad : 13)

    Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu : ia berkata:Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: Barang siapa memerdekakan seorang budak mukmin, maka Allah akan membebaskan setiap anggota tubuhnya dari neraka dengan setiap anggota tubuh budak itu. (Sahih Muslim No. 2778)

    Hari ini perbudakan manusia atas manusia sebagaimana jaman dahulu tidak ada lagi, yang masih tersisa adalah perbudakan modern yaitu penjajahan satu negeri oleh negeri lain. Palestina merupakan gambaran nyata ‘perbudakan’ yang sampai hari ini masih terjadi.

    Puluhan tahun mereka dalam penzaliman kaum kuffar Yahudi, diboikot, siksa, dibunuh bahkan diusir dari tempat tinggalnya sendiri. Dirampas hak-haknya sebagai negera yang seseungguhnya merdeka. Dan tidak ada satupun negara di dunia ini mampu menghentikannya. Untuk itu memerdekakan muslim Palestina dari belenggu Zionis Yahudi merupakan perjuangan yang berat, yang membutuhkan daya upaya keras, tetapi tetap harus dilakukan sebagaimana perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam QS. Al Balad: 13 ini, ‘melepaskan budak dari perbudakan’.

    Kedua, memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir , (al – Balad : 14 – 16)

    Jalan yang mendaki lagi sukar itu diantaranya adalah kamu memberi makan fakir miskin dan anak yatim yang ada hubungan kerabat dengan mu di saat kelaparan merajalela.

    Ringan jika kalapara itu terjadi di sebagian tempat atau wilayah, sehingga tempat yang terpenuhi kebutuhannya mampu memberi makan pada saudaranya yang membutuhkan. Tapi terasa berat jika secara global kelaparan itu menyelimuti seluruh daerah. Sehingga ego seseorang akan lebih mementingkan dirinya dibanding tetangganya, ini lah makna firman Allah di atas, bahwa jalan yang mendaki lagi sulit itu adalah mampu memberi makan pada situasi yang diri kita sendiri sangat membutuhkannya.

    Allah berfirman : “Jika kamu menampakkan sedekah(mu) maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al – Baqarah : 271)

    Pahala dan keistimewaan dari bersedekah/memberikan makan kepada orang miskin hampir sama dengan pahala-pahala sedekah lainnya. Namun bila sedekah itu diberikan kepada kaum kerabatnya/keluarganya yang sangat fakir maka akan mendapat dua pahala, sebagaimana Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sedeqah kepada orang miskin itu mempunyai pahala sedekah saja. Dan sedeqah kepada kerabat/keluarga mempunya pahala sedekah dan menyambung silaturahim (HR Ahmad dari Salman Bin Amir)

    Ketiga, “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang, Mereka adalah golongan kanan.”

    Orang-orang yang melaksanakan perintah Allah tadi, membebaskan manusia dari perjajahan dan perbudakan, memberi makan fakir miskin dan yatim itulah orang-orang beriman. Selain itu mereka juga bersabar dengan ibadah itu dalam ketaatan kepada Allah, juga terus menebarkan amar ma’ruf nahi munkar dengan kasih sayang, menghindari perselisihan dan perpecahan umat.

    Dari sifat-sifat kebaikan yang telah disebutkan diatas, maka Allah meyebutnya adalah “Mereka adalah golongan kanan“. Yaitu mereka yang mendapatkan catatan kebaikannya di akhirat nanti dari sebelah kanan (beruntung), bukan sebaliknya orang-orang kafir yang mengingkari perintah-perintah Allah Ta’ala dan mendapatkan catatan kejahatannya dari sebelah kiri (merugi).

    Wallahu A’lam.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism