Kamis, 02 Juni 2016

  • Konferensi ICIM dan Persatuan

    Hampir satu abad lamanya umat Islam hidup dalam kondisi perpecahan. Setelah 13 abad sebelumnya, umat Islam hidup dalam kesatuan di bawah satu komando kepemimpinan. Terhitung sejak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hidup (23 tahun) sampai dengan masa Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyin sekitar 30 tahun.

    Setelah masa itu berakhir, secara bergantian, umat Islam terus dipimpin oleh kerajaan-kerajaan besar hingg berujung pada runtuhnya kerajaan Turki Utsmani pada 1923 silam.

    Pasca keruntuhan Utsmani, umat Islam saat ini mengalami kondisi yang dahulu pernah dialami Indonesia, politik pecah belah atau dikenal dengan istilah devide et impera gaya baru dan berskala Internasional yang di dalamnya mencakup seluruh dunia Islam, terlebih media Islam belum mampu menguasai dan menyebarkan informasi keseluruh dunia terkait pembelaannya terhadap Islam dan Muslimin.

    Harapan kembali untuk bersatu terus diupayakan. Tokoh-tokoh Islam internasional termasuk media Islam internasional mengerahkan segala upaya untuk kembali menyatukan dunia Islam dengan beragam cara dan dalam berbagai bidang. Penyelenggaraan Konferensi Internasional Media Islam (ICIM) menjadi sangat penting di adakan dalam hal penyatuan persepsi media Islam dalam memperjuangkan kepentingan Islam dan Muslimin.

    Namun diakui atau tidak, umat islam masih tertinggal jauh dalam penguasaan media masa. Padahal media merupaan kunci untuk menguasai peradaban. Siapa menguasai media ia akan menguasai dunia.

    Akibat tak menguasai dunia, umat islam kerap dicitrakan negatif oleh media barat. Pemberitaan yang tak berimbang telah mengakibatkan citra Islam buruk di mata dunia, akibatnya Islamofobia di negara-negara barat semakin berkembang. Kebenaran sebuah informasi yang disampaikan oleh media baik cetak maupun online memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat.

    “Setidaknya ada 20 ribu orang masuk Islam pasca serangan 11 September. Kata Ust. Shamsi Ali (Founder Nusantara Foundation; Amerika Serikat).

    Menurutnya, Itu dipengaruhi oleh karakteristik dari masyarakat Amerika sendiri di mana masyarakat di sana sangat mudah menerima informasi apabila hal itu adalah sebuah kebenaran,”

    Untuk itu diharapkan media-media Islam mampu menyampaiakn suara kebenaran dan kesatuan umat guna memenangkan perang media hari ini. Akibat media dikuasai Barat, mereka gunakan untuk kepentingan menghancurkan umat Islam dan membuat citra Islam buruk. Meskipun yang diberitakannya adalah sesuatu yang fakta, hanya saja dalam pemberitaannya diarahkan untuk mendiskreditkan Islam.

    Demikian juga dengan kondisi saudara kita di Palestina yang belum mendapatkan kemerdekaannya serta keberadaan Masjid Al-Aqsha yang masih di cengkraman Zionis Yahudi, mealalui media barat seolah-olah persoalan ini hanya terkait bangsa Palestina saja, padahal tidak, membebaskan satu bangsa dari penjajahan bangsa lain merupakan tanggung jawab seluruh muslim di dunia, apalagi di dalamnya ada Masjid Al Aqsa yang menjadi hak muslimin di dunia. Apa yang terjadi, lagi-lagi ini merupakan keberhasilan dari media membuat opini. Dan lagi, media Islam ‘berdiam diri’.

    Media dan Kejayaan Islam
    Di sini kita akan melihat secercah cahaya persatuan Islam melalui media muncul dengan diselenggaranya Konferensi Media Islam Internasional (ICIM) pada 25-26 Mei. Konferensi ini sangat penting, karena langsung membicarakan pusat permasalahan dunia dewasa ini, yakni pembebasan Palestina dan Masjidil Aqsha dari penjajahanYahudi Israel.

    Sebagaimana Imamul Muslimin Yaksyallah Mansur sampaikan pada pembukaan Konferensi ICIM, bahwa media memiliki peran sangat penting untuk menguasai sesuatu, termasuk membentuk opini masyarakat dunia.

    Menurutnya, media memiliki kekuatan yang tak kalah hebat dari undang-undang dalam mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku masyarakat untuk menjalani kehidupannya.

    Namun demikian, ia menyayangkan bahwa hampir semua media saat ini dikuasai oleh orang yang memiliki kepentingan untuk menghancurkan umat Islam dan membuat citra Islam buruk.

    Imam dalam sambutannya juga menyeru dunia Islam untuk bersatu memperjuangkan Palestina dari penjajahan Zionis Israel.

    “Umat Islam adalah umat yang satu, umat terbaik, lebih tinggi kedudukannya dari yang lain, di mana kaum Muslimin?”

    Imam menambahkan, umat Islam jika bersatu maka akan menjadi kekuatan dahsyat dan akan mendatangkan pertolongan Allah. Sebab kekuatan dan pertolongan Allah turun bersama kesatuan umat Islam.

    “Kekuatan dan pertolongan Allah bersama Al-Jama’ah, yang disatukan oleh aqidah dalam jiwa bukan karena banyaknya harta dan materi,” ujarnya.

    Ia menambahkan, potensi kesatuan umat Islam itu akan jauh lebih tersebar ke dunia internasional, jika didukung secara kuat oleh media Islam.

    Memang tidak mudah, tapi umat Islam tidak boleh putus asa dalam melakukan islah, perbaikan, harus terus diupayakan dengan semangat jihad yang terus-menerus, dengan menyitir ayat, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Ali Imran ayat 110).

    Untuk itu, ia menegaskan bahwa dengan diselenggaranya Konferensi ICIM ini, adalah untuk meluruskan semua bentuk pemberitaan yang dilakukan oleh media-media Barat. Termasuk untuk menyamakan persepsi di antara media Islam itu sendiri.

    Wakil Menteri Luar Negeri A.M Fachir saat membuka ICIM menyatakan, media berperan penting dalam perjuangan membebaskan Palestina dari penjajahan. Menurutnya media bisa digunakan untuk mengarus utamakan berita-berita mengenai Palestina.

    “Palestina sebagai Isu dunia, harus diteruskan dan di gaungkan.” Kata Fachir. Menurutnya acara ini memperkuat gerakan global terkait memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

    Apalagi selama ini ada kecenderungan media secara umum bersikap berat sebelah dalam memberitakan palestina dan menyembunyikan kebenaran di wilayah yang sampai kini masih di jajah Israel itu.

    Fachir menyampaikan, media harus memosisikan dirinya sebagai penyampai argumen yang bijak, keadilan, dan persatuan.

    “Israel tidak akan hidup dengan damai tanpa memberitakan keadilan sosial terhadap Palestina.” Tegas Fachir

    Disinilah, seharusnya media Islam menguatkan peran memberitakan fakta soal Palestina. Ia menilai kalau berbicara mengenai media, isu utamanya adalah perannya dalam menyebarkan nilai-nilai Islam.

    Media Bersatu Menyelesaikan Masalah Umat.
    Presiden Majelis Perunding Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM), Dr Cikgu Mohd Azmi Bin Abdul Hamid mengatakan media Islam internasional harus bisa membentuk aliansi jaringan media islam untuk menyampaikan kebenaran dan membangun keadilan.

    “Menetapkan tujuan bersama untuk membangun kerjasama antarmedia Islam dimulai dengan mengusung misi nubuwwah, pemersatu tunggal, terciptanya masyarakat yang adil dan menyerahkan segala urusa kepada Sang Pencipta,” imbuhnya.

    Jaringan media Islam internasional sangat penting guna mengimbangi pemberitaan dan pembentukan opini media Barat, yang telah salah dan bias mengartikan Islam dan Muslim.

    Melalui konferensi ICIM ini, Azmi berharap berkelanjuan dengan program nyata pertukaran informasi dengan berpegang pada kebenaran, jelasnya.

    KH. Hasyim Muzadi, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) RI, mengatakan bahwa agama Islam tidak mungkin kalah dalam menghadapi makar musuh-musuh Islam yang ingin menghancurkannya.

    “Islam tidak mungkin kalah, tapi umat Islam mungkin bisa kalah. Itu tergantung bagaimana umat Islam dalam mengamalkan Islam itu sendiri,” katanya.

    Ia mengungkapkan bahwa perlu ada konsolidasi dan kordinasi antar sesama umat Islam terkait kemungkinan adanya penyesatan pemberitaan dari media-media yang memiliki keinginan untuk menghancurkan umat Islam.

    “Kita melihat adanya tantangan berat yang harus dihadapi umat Islam, yakni media, bukan perang. Media mampu mengubah persepsi masyarakat dari positif ke negatif, begitu juga sebaliknya,” ujarnya.

    Ia mengingatkan ketika persepsi salah tentang Islam dan Muslimin di publikasikan media, orang Islam bisa membenarkannya.

    Karenanya, umat Islam di seluruh dunia harus mulai bangkit menguasai media dan menggunakannya untuk memberitakan kepentingan Islam dan Muslimin yang rahmatan lil alamin, tidak lain.

    Dr. Abdu Malik, Ulama Nigeria mengatakan, media mesti mengambil peran dalam membantu menyelesaikan krisis global. Kalau tidak bisa menyelesaikan, minimal memperkecilnya.

    Perang yang tak kunjung selesai di beberapa negara timur tengah menurutnya karena adanya pihak-pihak yang memanfaatkan situasi tersebut, akibatnya berdampak lebih luas, seperti persoalan pengungsi yang sulit mendapatkan tempat di beberapa negara.

    Untuk itu, medialah yang mampu membantu menyelesaikan permasalah ini, media harus menjelaskan kejadian yang menimpa mereka sesuai fakta dan kejadian sehingga persoalan ini dapat di selesaikan.

    Acara dihadiri sekitar 200 peserta para pemimpin redaksi kantor berita negeri-negeri Muslim, pemerhati dan aktvis dari 50 negara.

    Hadir pada kesempatan itu, Penyair terkemuka Indonesia Taufik Ismail membacakan puisi terkait Palestina. Budayawan kelahiran Bukit Tinggi 80 tahun silam itu, didampingi Prof Nabila Lubis yang menerjemahkannya dalam bahasa Arab, pun membacakan puisi yang ia ciptakan tahun 1989 atau 27 tahun lalu itu.

    Para peserta cukup antusia akan acara ICIM ini, salah satunya Ust. Uray Hilwan dari Kalimantan, menurutnya, “Saya sangat apresiatif terhadap acara konferensi ini, keseriusan mereka mengikuti acara sampai akhir dan banyaknya tokoh media dan LSM dari luar negeri yang hadir menandakan keberhasilan sekaligus pentingnya acara ini di selenggarakan.

    “Tidak mungkin mereka akan hadir jika tidak ada sesuatu yang penting di konferensi ICIM ini, ini patut di syukuri” jelasnya. (Wallahu a’lam/na)

    Wallahu A’lam.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism