Rabu, 18 November 2015

  • Islam Bukan Teroris

    Di antara salah satu ajaran Islam yang mulia adalah tentang rahma atau kasih sayang.

    Salah satu ayat Al-Quran menyebutkan: 
    وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِم مِّنْ أَنفُسِهِمْ ۖ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ ۚ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
    Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS An-Nahl [16]: 89).

    Allah juga berfirman pada ayat lain: 
    طه
    مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ
    Artinya: “Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (QS Thaahaa [20]: 1–2).

    Ahli Tafsir Imam Qatadah mengatakan bahwa tidaklah Allah menjadikan Al-Qur’an untuk membuat kesusahan, melainkan sebagai rahmat (kasih sayang), cahaya, dan petunjuk menuju kebahagiaan surga.

    Ini karena ajaran Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an berisi nilai-nilai yang indah, baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, ekonomi, sosial, dan semua aspek kehidupan hamba-hamba-Nya.

    Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri Allah utus adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta, seperti dalam firman-Nya:
    وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
    Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS Al-Anbiyaa’ [21]: 107).

    Rahmat, secara bahasa artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur). Dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.

    Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim menyebutkan, makna rahmat adalah bahwa semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Demikan pula orang-orang yang mengikuti Nabi, meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus.

    Selain itu, orang-orang kafir yang memerangi beliau sekalipun, mendapatkan manfaat yang mereka dapatkan yaitu, dengan disegerakannya maut bagi mereka, itu lebih baik bagi mereka. Karena hidup mereka hanya akan menambah kepedihan adzab kelak di akhirat. Kebinasaan telah ditetapkan bagi mereka. Sehingga, dipercepatnya ajal lebih bermanfaat bagi mereka daripada hidup menetap dalam kekafiran.

    Orang kafir yang terikat perjanjian dengan beliau, manfaat bagi mereka adalah dibiarkan hidup di dunia dalam perlindungan dan perjanjian. Mereka ini lebih sedikit keburukannya daripada orang kafir yang memerangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

    Adapun orang-orang munafik, yang menampakkan iman secara dzahir saja, mereka mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain.

    Hingga pada umat manusia setelah beliau diutus, Allah Ta’ala tidak memberikan adzab yang menyeluruh dari umat manusia di bumi. Kesimpulannya, semua manusia mendapat manfaat dari diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.

    Tentang kasih sayang ini, di dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Artinya: “Orang-orang yang pengasih itu dikasihi oleh Dzat Yang Maha Pengasih. Sayangilah makhluk yang ada di atas bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh Dzat yang berada di atas langit.”

    Kasih Sayang dalam Peperangan
    Allah menyebutkan di dalam Al-Quran, 
    وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
    Dan perangilah di jalan Allâh orang-orang yang memerangi kamu,(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS Al-Baqarah [2]: 190).

    Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam senantiasa mengarahkan para sahabatnya, supaya berbuat rahmat (kasih sayang) dan menuju rahmat (kasih sayang), walau dalam peperangan sekalipun.

    Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga memberikan pesan dalam sabdanya, Artinya : “Janganlah kalian membunuh orang tua yang sudah sepuh, anak-anak, dan wanita…” (HR Abu Dawud dan Al-Baihaqi).

    Bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melarang membunuh para rahib, dalam pesannya: Artinya: “Janganlah kalian membunuh pemilik bihara (rahib).”

    Ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam dan diikuti oleh para sahabatnya sama sekali tidak pernah melakukan pembunuhan membabi buta, apatah lagi menjadi tujuan, atau menjadi sesuatu yang digemari atau yang beliau perintahkan. Hingga membakar orang, merusak gedung, membunuh warga sipil, meledakkan diri di tempat umum, dan sebagainya. Itu semua tidak ada dalam kamus ajaran Islam yang penuh rahmat.

    Pembunuhan dengan membabi-buta tidak pernah diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana mungkin meridhai? Pembunuhan dengan membabi-buta, hanya akan mendatangkan masalah dan tertumpahnya darah yang sangat disesalkan hati nurani manusia. Itu sama saja dengan membunuh seluruh manusia.

    Allah mengingatkan di dalam firman-Nya: 
    مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَن قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ 
    Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan [suatu hukum] bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu [membunuh] orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. ...”. (QS Al-Maidah [5]: 32).

    Islam Bukan Teroris
    Data November 2014 menyebutkan, Direktur Penanganan Terorisme dan Keamanan Dalam Negeri Inggris di Durham, David Schanzer mengatakan bahwa jangan pernah menghubungkan agama tertentu dengan aksi terorisme yang semakin meningkat akhir-akhir ini.

    Menurut David Schanzer, mereka yang beragama lebih kuat untuk melakukan penolakan terhadap aksi kekerasan radikalisme. Ia juga menilai bahwa orang yang memiliki keyakinan dan beragama lebih memilih untuk hidup berdampingan secara damai.

    Menurutnya, aksi terorisme yang semakin marak terjadi sejak dulu merupakan upaya kelompok tertentu untuk mengadu domba berbagai pihak. Mereka merekrut orang-orang yang berpend

    David Schanzer mengakui bahwa Islam bukanlah teroris, melainkan agama yang cinta damai dan saling menghargai antar umat. Seperti yang ia pernah pelajari bahwa dalam Islam, membunuh orang tak bersalah itu sangat dilarang oleh ajaran agama Islam. Membunuh satu orang yang tak berdosa sama saja seperti membunuh manusia di seluruh dunia.

    Kecaman Serangan Paris
    Karena itu, begitu muncul berita aksi serangan di Paris, Prancis, pekan lalu, maka Dewan Muslim dan Keimanan Islam Prancis (Conseil Français du Culte Musulman/CFCM) langsung menyatakan mengutuk serangan yang menewaskan lebih dari 300 orang tersebut.

    “Kami mengutuk tindakan tidak berperikemanusiaan itu, kami mengutuk serangan tersebut dengan kekuatan dari dalam hati kami,” kata Anouar Kbibech, Direktur Utama CFCM dalam siaran resminya.

    Sementara Lembaga Islam Sunni Al-Azhar yang berbasis di Mesir mengatakan penyerangan di Prancis, juga di Tunisia dan Kuwait yang muncul beriringan, merupakan penyerangan yang keji. Penyerangan tersebut merupakan pelanggaran dalam norma agama dan kemanusiaan.

    Statemen sangat penting agar dunia tahu bahwa Islam tidak mengajarkan terorisme. Akan tetapi menyebarkan kasih sayang, kebaikan, dan rahmat bagi semesta alam.

    Namun bukan berarti kaum Muslimin juga diam saja manakala didzalimi atau dinistakan, apalagi dijajah seperti di Palestina sana. Maka, di sinilah ayat-ayat dan seruan jihad di jalan Allah wajib ditegakkan terpimpin secara berjama’ah.

    Wallahu a’lam bish shawwab.
    Oleh: Ust. Ali Farhan Tsani
    Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism