Rabu, 31 Juli 2013

  • Pelaksanaan Shalat Idul Firti


    1. Menetapkan 1 Syawwal dengan hilal

    Sesuai dengan perintah Allah Ta’ala dan sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, umat Islam dalam menentukan awal Syawwal sebagaimana awal Ramadhan hendaklah berdasarkan hasil rukyatul hilal, dinegeri manapun dapat terlihat.

    Rasulullah SAW., bersabda: “Shuuma liru’yatihi wa afthiru liru’yatihi”, Shaumlah kalian karena melihat hilal, dan idul fitrilah karena melihat hilal. (Muttafaq Alaihi)

    Allah Ta’ala berfirman: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji.” (QS. Al-Baqarah: 189)

    Ibnu Umar ra., Berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW., Bersabda: “Apabila engkau sekalian melihat bulan berpuasalah, dan apabila engkau sekalian melihat bulan berbukalah dan jika awan menutupi kalian, perkirakanlah”. (Muttafaq Alaihi). Menurut Riwayat Muslim: “Jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah/genapkanlah tigapuluh hari.”

    2. Waktu Shalat. Dalam sebuah hadits dijelaskan, "Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Salam shalat Idul fitri dan Idul Adha bersama kami ketika matahari tinggi kira-kira sepenggalah." (HR. Ahmad dari Jundub)

    3. Mengatur Barisan. Imam hendaknya mengatur barisan (shaf) shalat hingga lurus dan rapat dengan susunan shaf sebagai berikut: Shaf yang paling depan laki-laki dewasa, kemudian anak-anak laki-laki, kemudian dibelakangnya anak-anak wanita, dan shaf yang paling akhir adalah wanita dewasa. (HR. Bukhari dan Muslim)

    4. Tidak didahului Shalat Sunnah. "Dari Ibnu Abbas, Bahwa Nabi saw. Shalat dua rakaat pada Idul Fitri. Tidaklah beliau shalat sebelum dan sesudahnya..." (HR. Bukhari)

    5. Tidak ada Adzan dan Qamat. "Sesungguhnya Nabi Salallahu 'Alaihi wa Salam shalat hari raya tanpa adzan dan qamat." (HR. Abu Dawud) Tidak pula dengan ucapan "Ash-Shalatu Jamiah". Demikian menurut pentahkikan Ibnu Qayyim,

    6. Takbiratul Ihram. Shalat Idul Fitri dilaksanakan dengan dua rakaat. Pada rakaat pertama setelah takbiratul ihram, sebelum membaca surat Al-Fatihah disunahkan membaca takbir tujuh kali (7x), dan pada takbir kedua sebanyak lima kali (5x), Demikian menurut hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibn Majah.

    Diriwayatkan oleh Al-Farabi dengan sanad shahih dari Al-Walid, Ibnu Muslim berkata: “Saya bertanya kepada Malik bin Anas tentang yang demikian itu, yakni angkat tangan pada takbir-takbir tambahan. Ia menjawab: Ya, angkatlah tanganmu bersama dengan setiap takbir. Dan saya tidak mendengar lagi sesuatu yang lain."

    Ash-Shan'ani menyebutkan, "Adalah Ibn Umar dengan kosistennya mengikuti sunah dia mengangkat tangan setiap kali takbir.”

    7. Surat yang di baca imam. Setelah takbir dan membaca surat Al-Fatihah imam disunahkan membaca surat Al-A'la (surat ke-87) atau surat Qaaf (50) pada rakaat pertama, dan surat Al Ghasiah (88) atau surat Al Qamar (54) pada rakaat kedua. (HR. Muslim)

    8. Khutbah Id. Setelah selesai shalat hendaklah makmum mengikuti khutbah dengan khusyu dan tenang. Khutbah Idul Fitri dan Idul Adha menurut riwayat Bukhari dilaksanakan tanpa menggunakan mimbar. Dalam kitab shahihnya, "Bab keluar ke tanah lapang (untuk shalat) tanpa menggunakan mimbar"

    Al Hafidz Ibn Hajar ketika menjelaskan bab ini menukil hadits: "Maka berdirilah seorang-laki-laki lalu berkata: Hai Marwan! Kamu telah menyalahi sunnah, yaitu kamu mengeluarkan mimbar pada hari 'Id, padahal tidak ada orang yang mengelurkannya." (HR. Abu Daud, Ibnu Majah & Ahmad)

    Khutbah shalat Id dilakukan sekali, tanpa diselingi dengan duduk.

    9. Pulang dari Shalat Id. Disunnahkan menempuh jalan yang berbeda dengan yang dilalui ketika berangkat. Berdasarkan hadits: "Adalah Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Salam pada waktu hari raya menempuh jalan yang berbeda." (HR. Bukhari dari Jabir)

    Wallahu a’lam

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism