Rabu, 27 November 2013

  • Daging Haram & Kerusakan Syaraf

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Baqarah: 173).

    Allah Subhana Wa Ta’ala menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna dengan kelebihan berupa akal yang gunanya untuk berfikir, membedakan sesuatu yang baik (haq) dan yang tidak baik (bathil) apakah itu berupa perintah atau larangan.  Perintah dan larangan pun tentunya akan kembali ke makhluknya, karena Dia mengetahui  apa yang baik dan tidak baik untuk ciptaannya termasuk dalam hal kesehatan  baik fisiknya dan jiwanya.

    Indahnya Islam adalah dalam setiap peraturan mesti memiliki kebaikan bagi mereka yang ta’at.Seperti halnya untuk asupan makanan, Allah menyeru untuk  tidak memakan makanan haram seperti daging babi. Apa sebenarnya pelajaran yang diberikan Allah lewat ayat tersebut?

    Fakta Tersembunyi

    Penelitian mengungapkan bahwa babi diketahui memiliki sistem biologis yang mirip dengan manusia, oleh karena itu babi bisa digunakan untuk uji in vivo di bidang medis. Uji ini diperlukan untuk melihat keefektifan suatu obat baru sebelum diujikan ke manusia, keefektifan khasiatnya dan juga resiko efek sampingnya. Di dunia penelitian, sering digunakan juga hewan uji dari ordo rodentia seperti tikus dengan alasan yang sama.

    Dr. Murad Hoffman (Doktor ahli & penulis dari Jerman) menulis bahwa Memakan babi yang terjangkiti cacing babi tidak hanya berbahaya, tapi juga menyebabkan peningkatan kolesterol tubuh dan memperlambat proses penguraian protein dalam tubuh. Ditambah cacing babi Mengakibatkan penyakit kanker usus, iritasi kulit, eksim, dan rheumatic serta virus-virus influenza yang berbahaya hidup dan berkembang di musim panas karena medium (dibawa oleh) babi.
    Babi adalah hewan yang kerakusannya dalam makan tidak tertandingi hewan lain. Ia makan semua makanan di depannya. Jika perutnya telah penuh atau makanannya telah habis, ia akan memuntahkan isi perutnya dan memakannya lagi, untuk memuaskan kerakusannya. Ia tidak akan berhenti makan, bahkan memakan muntahannya.

    Ia memakan semua yang bisa dimakan di hadapannya. Memakan kotoran apa pun di depannya, entah kotoran manusia, hewan atau tumbuhan, bahkan memakan kotorannya sendiri, hingga tidak ada lagi yang bisa dimakan di hadapannya.

    Ia mengencingi kotoranya dan memakannya jika berada di hadapannya, kemudian memakannya kembali. Ia pun tak segan memakan sampah, busuk-busukan, dan kotoran hewan.

    Ia adalah hewan mamalia satu-satunya yang memakan tanah, memakannya dalam jumlah besar dan dalam waktu lama, jika dibiarkan. Kulit orang yang memakan babi akan mengeluarkan bau yang tidak sedap.

    Penelitian ilmiah modern di dua negara Timur dan Barat, yaitu Cina dan Swedia (Cina mayoritas penduduknya penyembah berhala, sedangkan Swedia mayoritas penduduknya sekular) menyatakan: daging babi merupakan merupakan penyebab utama kanker anus dan kolon. Persentase penderita penyakit ini di negara-negara yang penduduknya memakan babi, meningkat secara drastis.

    Terutama di negara-negara Eropa, dan Amerika, serta di negara-negara Asia (seperti Cina dan India). Sementara di negara-negara Islam, persentasenya amat rendah, sekitar 1/1000. Hasil penelitian ini dipublikasikan pada 1986, dalam Konferensi Tahunan Sedunia tentang Penyakit Alat Pencernaan, yang diadakan di Sao Paulo.

    Jeruk Makan Jeruk

    Sepertinya merupakan ungkapan yang sesuai saat manusia mengkonsumsi binatang yg memiliki sistem biologis yang mirip. Masih ingatkah kasus sapi gila? Kasus ini begitu terkenal sampai mengancam industri daging sapi di Amerika.

    Banyak negara yang melarang impor daging sapi dari Amerika, karena penyakit yang dikenal juga dengan Bovine spongiform encephalopathy (BSE)  ini bisa menyerang manusia. Penyakit ini menyebabkan kerusakan sistem syarat yang diikuti dengan munculnya berbagai penyakit neurodegenatif mematikan baik bagi sapi maupun manusia. Penyakit ini diketahui bermula dari sapi yang diberi makan protein sapi.  Industri sapi mencampurkan makanan sapi dengan jeroan, usus, tulang-belulang sapi yang dihancurkan.

    Sama seperti halnya dengan kasus ini, pada saat tubuh kita menerima asupan makanan yang bersumber dari babi, maka protein daging tersebut akan dirubah oleh sistem biologis kita sebagai ‘prion’, protein yang mengalami misfolding sehingga menyebabkan disfungsi protein (protein abnormal). Prion ini akan menginduksi protein-protein normal untuk menjadi prion juga lewat reaksi berantai.

    Terakumulasinya prion ini akan membentuk plak di dalam sistem syaraf pusat. Selain menyebabkan gangguan pada neuron, prion juga resisten terhadap enzim protease, UV, dan radiasi lainnya sehingga sulit sekali dihancurkan. Masa  inkubasi dari infeksi prion ini cukup panjang sampai 20 tahun, tetapi sekali gejalanya muncul maka penyakitnya akan segera berkembang mulai dari terjadinya kerusakan otak yang menimbulkan berbagai penyakit diantaranya penurunan kemampuan intelektual, alzeimer, stroke, sampai kematian. Maha Benar Allah atas segala frman-Nya.(MINA).

    Wallahu A’lam bis Shawwab.

    Oleh : Hesti Lina
    *Mahasiswa Institut Tekhnologi Bandung (ITB) Jurusan Bio Kimia Dan Universite Paris-Sud, Biologi Molecular Kedokteran

    Referensi:
    Merrifield CA, Lewis M, Claus SP, Beckonert OP, Dumas ME, Duncker S, Kochhar S, Rezzi S, Lindon JC, Bailey M, Holmes E, Nicholson JK. A metabolic system-wide characterisation of the pig: a model for human physiology. Mol Biosyst. 2011 Sep;7(9):2577-88. doi: 10.1039/c1mb05023k. Epub 2011 Jul 14., Ryan KJ, Ray CG, et al, ed. (2004). Sherris Medical Microbiology (4th ed.). McGraw Hill. pp. 624–8. ISBN 0-8385-8529-9

    Sumber : Miraj News Agency

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism