Kamis, 22 Mei 2014

  • Deklarasi Selangor Untuk Al-Aqsa

    Para delegasi dari delapan negara Muslim menyimpulkan dalam penutupan Konferensi Internasional untuk Pembebasan Masjid Al-Aqsha dan Pembelaan Kaum Tertindas di Selangor, Malaysia, Ahad (18/5), dengan mengeluarkan deklarasi bersama untuk mempertahankan Al-Aqsha dan memperjuangkan nasib bangsa Palestina secara keseluruhan serta kaum tertindas lainnya.

    Konferensi yang digelar Sekretariat Himpunan Ulama Wilayah Asia (SHURA), Persatuan Ulama Malaysia (PUM), dan Majelis Perundingan Organisasi Islam Malaysia (MAPIM) melibatkan sekitar 250 peserta yang mencakup pembicara, anggota delegasi serta awak media dari negara tuan rumah Malaysia dan negara-negara Islam lainnya termasuk Indonesia, Palestina, Turki, Mesir, Yordania, Iran, Pakistan, dan negara-negara lain.

    Menurut Dudin Shobaruddin, panitia konferensi, acara ini menekankan  ke arah penyatuan umat Islam dalam upaya pembebasan Masjid Al-Aqsha dan pengembalian hak rakyat Palestina dan kelompok yang tertindas, dan diharapkan konferensi ini dapat menyatukan seluruh potensi umat Islam dengan berbagai pengalaman masing-masing bagi  pembebasan Al-Aqsha dan kaum tertindas.

    Konferensi tersebut terfokus untuk merumuskan peta aksi bersama mempertahankan Al-Quds, lokasi masjid Al-Aqsha, dan upaya memperjuangkan nasib bangsa Palestina secara keseluruhan serta kaum tertindaslainnya.

    Selain itu, hasil konferensi juga akan menyusun rencana bekerja dalam memberdayakan penyatuan umat dari ancaman dan fitnah berasal dari Barat yang menyebabkan konflik dan perpecahan umat serta memberdayakan usaha menyatu dan memperkuat umat dari berbagai paham dan mazhab demi menegakkan ajaran Islam.

    Sementara sekretaris konferensi, Haji Azmi Abdul Hamid, mengatakan, konferensi itu digelar atas kekhawatiran para ulama dan NGO Islam pada tindakan-tindakan  rezim Zionist Israel yang terus melakukan yahudisasi di Masjid Al-Aqsha.

    Bahkan, baru-baru ini rezim Zionist menghambat pelaksanaan shalat di kompleks masjid Al-Aqsha, mendorong para ekstrimis Yahudi menerobos dan menyerang kompleks masjid untuk melakukan ritual ibadah provokatif mereka.

    Aksi jahat itu telah  memicu kekhawatiran umat Islam seluruh dunia tentang dekatnya usaha mereka untuk merubah dan meyahudikan wilayah Al-Quds tersebut secara total dan menyeluruh.

    Karenanya, konferensi yang dianggap  penting tersebut digelar.

    Hadir pada konferensi tesebut tokoh pergerakan Malaysia juga Wakil Perdana Menteri Malaysia periode 1993-1998, Datuk Seri Anwar Ibrahim yang menjadi pembicara kunci konferensi itu menyampaikan pidatonya berjudul "Peran Persatuan Politik Kawasan untuk Pembebasan Al-Aqsha," mendesak semua pihak, baik para pemimpin negara-negara Muslim dan umat Islam untuk bersatu dan berjuang mendukung pembebasan Masjid Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina.

    Pembicara dari Indonesia termasuk Ketua Umum Aqsa Working Group (AWG) International Secretariate, Agus Sudarmaji, menyampaikan makalahnya berjudul "Peran Gerakan Politik Islam untuk membebaskan Al-Aqsha".

    Sementara KH. Yakhsyallah Mansur MA., Pimpinan Mahad Al-Fatah Indonesia menyampaikan makalahnya berjudul "Peran Gerakan Islam Indonesia untuk Strategi Pembebasan Al-Aqsha dan Palestina, Mensinergikan Gerakan Islam untuk membela Al-Aqsha.”

    Beberapa pembicara terjadwal hadir antara lain Dato’ Seri Abdul Hadi bin Awang (Presiden Parti Islam Se-Malaysia/PAS), tokoh pergerakan Malaysia Anwar Ibrahim, Prof. Dr. Muhsin sholeh (Utusan Persatuan Ulama Islam Sedunia, Qatar), Ketua SHURA Ustaz Haji Abdul Ghani Syamsudin,
    dan  Prof. Dr. Rajab Abu Mulih (Palestina). Serta pera pembicara lainnya.

    Deklarasi Untuk Pembebasan Al-Aqsa
    Setelah berdirinya secara sepihak negara haram Zionis Israel di Palestina yang diumumkan pada 14 Mei 1948 yang langsung diakui oleh Amerika Serikat (AS) (peristiwa Nakbah), berakibat pada meluasnya wilayah jajahan Israel yang mencapai 85 % dari keseluruhan wilayah Al-Quds, terutama sejak rezim Zionis menguasai Al-Quds pada 7 Juni 1967 disebut sebagai Hari Kemunduran (Hari Naksah).

    Hingga kini, rezim Zionis dan ekstrimis Yahudi terus meningkatkan penyerangan terhadap Masjid Al-Aqsha, dengan merampas hak-hak sebagian besar rakyat Palestina untuk melakukan shalat di dalamnya, dan adanya usaha untuk membaginya secara waktu dan ibadah bagi Islam dan Yahudi,  melancarkan penggalian untuk merusak pondasinya; serta kejahatan berulang kali yang dilakukan tentara pendudukan terhadap Palestina dan warganya, dan kelalaian para pemimpin untuk
    menyelamatkan Masjid Al-Aqsha dan membebaskan Palestina dan rakyatnya.

    Seiring dengan itu maka seluruh gerakan Islam, persatuan ulama Muslim sedunia sudah selayaknya tampil menyerukan seluruh umat Islam bangkit dan menentang rencana jahat Zionis dan kelompok-kelompok yang bersekongkol dengan rencana mereka.

    Maka Konferensi Internasional untuk Pembebasan Masjid Al-Aqsha dan Pembelaan Kaum Tertindas tersebut diselengarakan.

    Teks lengkap “Deklarasi Selangor untuk Pembebasan Masjid Al-Aqsha dan Pembelaan Kaum Tertindas” yang dibacakan dalam penutupan Konferensi Internasional yang diselenggarakan di Malaysia dari 17 - 18 Mei 2014 -pada Rajab, bulan Isra' Mi'raj, sebuah peristiwa penting bagi kaum Muslimin.

    Terdapat 20 poin “Deklarasi Selangor untuk Pembebasan Masjid Al-Aqsha dan Pembelaan Kaum Tertindas” diantaranya :

    1. Konferensi ini menegaskan kembali sikap masyarakat internasional dalam mewujudkan perdamaian serta stabilitas di Asia Barat bahwa tindakan pendudukan di Palestina adalah ilegal dan rakyat Palestina harus diberikan hak menentukan nasib sendiri untuk perdamaian abadi di kawasan tersebut.
    2. Penyebaran informasi yang terus berlanjut mengenai permasalahan yang sebenarnya harus menjadi prioritas utama mendidik masyarakat pada konteks sejarah dari isu Palestina dan memastikan bahwa setiap generasi akan terus menuntut pembebasan Al-Quds dan Palestina.
    3. Untuk mencapai tujuan di atas, negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) harus bekerja dengan semua organisasi dan lembaga yang berkomitmen untuk pembebasan Palestina.
    4. Solusi dari permasalahan Palestina itu bukan melalui “Solusi Dua Negara”, yang hal itu pasti tidak akan terwujud. Kami mengusulkan “Solusi Satu Negara” dengan pembubaran negara ilegal Israel sehingga rakyat Palestina dan kaum Yahudi dapat hidup dalam sebuah negara bersatu secara berdampingan.
    5. Otoritas Palestina menjadi saksi penandatanganan Perjanjian Roma yang mengacu pada Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki dan menuntut para pemimpin dan pejabat Israel yang bertanggung jawab atas kejahatan internasional.
    6. Sejak Israel menjadi negara apartheid, maka kampanye anti apartheid internasional harus diluncurkan sebagaimana kampanye melawan apartheid di Afrika Selatan yang menyebabkan jatuhnya negara rasis kulit putih.
    7. Menekankan peran penting media untuk secara agresif mempromosikan persatuan semua golongan yang berbeda pemikiran dalam Islam didasarkan pada Deklarasi Amman.
    8. Membentuk front terdepan dari para ulama dan da'i yang terdiri atas ulama dan da'i peduli pembebasan Palestina. Front ini memiliki sejumlah perwakilan yang akan dikerahkan untuk mengatasi masalah Palestina.
    9. Mendirikan lembaga pendidikan untuk menyebarkan isu-isu Palestina dan mempersiapkan bahan sosialisasi bagi masyarakat serta memproduksi bahan yang dapat digunakan dalam silabus pendidikan untuk menyadarkan generasi muda mengenai masalah Palestina. Lembaga ini juga melatih untuk menjadi juru bicara tentang isu-isu Palestina di daerah masing-masing.
    10. Mendorong masjid dan musollah untuk memasang papan informasi khusus tentang Palestina sehingga masyarakat umum dapat memperoleh informasi terkini perkembangan di Palestina. Bahan-bahan akan disediakan oleh lembaga pendidikan Palestina yang dibentuk.
    11. Mendeklarasikan Jumat terakhir bulan Rajab sebagai Hari Al-Aqsha (Al-Aqsa Day) untuk melaksanakan program-program pembebasan Al-Aqsha.
    12. Mengkhususkan satu hari (Jumat) dalam setiap untuk membaca Qunut Nazilah bagi pembebasan  Al-Quds dan Palestina.
    13. Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengadakan pertemuan rutin negara-negara anggota dan NGO setiap dua tahun sekali untuk meninjau kemajuan dalam perjuangan membebaskan Al-Quds dan Palestina.

    Peran Media Islam
    Wakil Pemimpin Redaksi Mi'raj Islamic News Agency (MINA), Syarif Hidayat dalam konferensi mengajukan makalahnya berjudul: "Kekuatan Media Islam untuk Mendukung Pembebasan Al-Aqsha dan Palestina."

    Dalam makalah tersebut MINA mengusulkan penyelenggaraan konferensi media Islam untuk melancarkan kampanye mendukung pembebasan Masjid Al-Aqsha dan Palestina dari penjajahan Zionis

    Usulan itu segera disambut Datuk Seri Anwar Ibrahim dan bersedia hadir sebagai pembicara utama. Direncanakan konferensi media untuk pembebasan al-aqsa akan diselenggarakan di indonesia.
    Mi'raj Islamic News Agency (MINA)

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism