Rabu, 28 Mei 2014

  • Menutupi Aib Sesama Muslim

    Islam adalah agama yang sangat indah. Ia mengajarkan umatnya untuk tidak membuka aib orang lain yang hanya akan membuat orang tersebut terhina. Islam memerintahkan umatnya untuk menutupi aib saudaranya sesama muslim. Dan bagi mereka yang mau menutupi aib saudaranya tersebut, akan memperoleh keutamaan dari Allah, sebagaimana termaktub di dalam hadits :

    Artinya : “Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya.” (H.R. At-Tirmidzi)

    Sebaliknya, siapa yang mengumbar aib saudaranya, Allah akan membuka aibnya hingga aib rumah tangganya.

    Artinya : “Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar aib saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya walau ia di dalam rumahnya.” (H.R. Ibnu Majah).

    Juga, membuka aib saudara sesama muslim, menggunjingnya atau bahkan memfitnahnya, hanyalah akan menghilangkan pahala amal.

    Muslim Bagai Cermin

    Sesama muslim adalah saling bersaudara. Antara yang satu merupakan cermin bagi yang lainnya. Jika kita perhatikan ketika kita melihat cermin, lalu melihat ada sesuatu yang kotor pada tubuh kita di cermin tersebut. Maka, tentu kita akan berusaha membersihkannya, bukan malah menambah mengotorinya, atau mencelanya. Sebab itu sama juga dengan mengotori dan mencela dirinya sendiri.

    Seperti disebutkan di dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu:

    Artinya : “Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada diri saudaranya, maka dia memperbaikinya.” (H.R. Bukhari).

    Begitulah, karena tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Selalu saja ia memiliki kekurangan dan keterbatasan. Justru mungkin kekurangan, aib dan kejelekan kita jauh lebih banyak dari saudara kita yang kita hina dan kita bicarakan keburukannya itu.

    Ibarat pepatah “Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak”. Atau seperti menunjuk orang lain dengan satu jari telunjuk. Sementara empat jari lainnya, sesungguhnya menunjuk diri kita sendiri. Begitulah, seolah semua aib orang lain, sekecil kuman saja, bahkan jauh, tampak jelas terlihat. Sementara aib diri kita yang sebesar gajah, menempel di pelupuk mata, seolah tidak terlihat.

    Lalu, karena perasaan suka membuka aib itu, tumbuhlah rasa iri dengki berlebihan di dalam nafsunya. Sehingga kelak kalau dirinya punya kesempatan atau kedudukan yang cukup. Maka, ia gunakan kesempatan itu untuk menghajar saudaranya itu. Ia tidak dapat berlaku adil atas kelebihan dan keutamaan orang lain, di balik kekurangan dan aibnya itu.  Allah mengingatkan di dalam firman-Nya :
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
    Artinya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Maidah [5] : 8).

    Justru sesama mukmin adalah saling bersaudara, dan menjadi kewajiban untuk saling memperbaiki.

    Seperti firman Allah mengingatkan :
    إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
    Artinya : ”Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-Hujurat [49] : 10).

    Karena itu, orang yang gemar membicarakan aib orang lain, sebenarnya tanpa ia sadari ia sedang memperlihatkan jati dirinya yang asli. Yaitu, tidak bisa memegang rahasia, lemah kesetiakawanannya, penggosip, penyebar berita bohong. Semakin banyak aib yang ia sebarkan, maka semakin jelas keburukan diri si penyebar itu.

    Allah mengingatkan dengan nada keras di dalam firman-Nya :
    إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
    Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat … (Q.S. An-Nuur [24] : 19).

    Juga firman-Nya dalam ayat yang lain :
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
    Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(Q.S. Al-Hujurat [49] :12).

    Penutup

    Cara terbaik adalah marilah kita saling menjaga kehormatan sesama saudara kita satu Islam dan satu iman kepada Allah. Sehingga Allah pun berkenan menjaga kehormatan kita kelak di akhirat.

    Sebagaimana hadits mengingatkan kita :
    Artinya : ”Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya sesama muslim, maka Allah SWT akan membelanya dari neraka kelak di hari Kiamat.” (H.R. At-Tirmidzi dan Ahmad).

    Marilah buang jauh-jauh menggunjing, memfitnah dan membuka aib sesama, yang hanya akan menghabiskan pahala kita. Sementara amal kita saja belum banyak. Lebih baik kita perbanyak istighfar, “Astaghfirullaahal ‘adziim”.

    Wallahu A’lam bis Shawwab.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism