Kamis, 26 Februari 2015

  • Inti Syariat Islam Diturunkan


    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
    شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
    yang artinya, “Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy-Syuura[42]: 13)

    Pada ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa ad-dien (agama) yang di syariatkan untuk manusia yang dibawa oleh para Rasul hanyalah satu, yaitu Islam. Jarak antara Nabi Nuh ‘Alaihi Salam dan Nabi Muhammad Shalallahu Alahi wa Sallam sekitar 8000 tahun, namun inti ajaran yang di syariatkan kepada keduanya adalah sama yaitu agar menegakkan agama (Islam) dan tidak berpecah belah di dalamnya.

    Islam adalah satu-satunya agama yang mengajak kepada persatuan, persaudaraan dan saling menolong serta mengecam perpecahan dan perselisihan. Hal ini banyak ditekankan di dalam Al-Qur’an antara lain: QS. Ali-Imran: 103, Al-An’am: 65 dan 159, dan QS. Ar-Ruum: 31-32.

    Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menyampaikan bahwa umat Islam akan selamat dari kesesatan dan satu-satunya jalan menuju kejayaan hanya dengan bersatu dalam satu kepemimpinan (Al-Jama’ah). Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan menghimpun ummatku atau ummat Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam atas kesesatan. Tanggan Allah bersama Al-Jama’ah, barangsiapa menyempal maka dia menyempal ke neraka.” (HR. At-Tirmidzi)

    Didalam hadis lain disebutkan, “Sesungguhnya setan telah putus asa dari menjadikan dirinya sesembahan bagi orang-orang yang shalat di Jazirah Arab. Tetapi tidak pernah putus asa dalam menimbulkan permusuhan sesama mereka.” (HR. Muslim)

    Ketika menjelaskan kalimat inna aqiimuddiina walaa tatafarraquu pada ayat 13 surat As-Syuura Imam Al-Baghawi berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus seluruh Nabi agar menegakkan agama, menjalin kasih sayang, hidup berjama’ah, meninggalkan perpecahan dan perselisihan.”

    Ibnu Katsir berkata, “Allah Subhanahu Wa Ta’ala mewasiatkan kepada semua Nabi ‘alaihi shallaatu wa sallam untuk hidup rukun dan berjama’ah serta melarang berpecah-belah dan berselisih.”

    Ajakan para nabi ini dirasakan berat oleh orang-orang yang musyrik karena untuk menegakkan kehidupan berjama’ah membutuhkan perjuangan yang tidak ringan, harta yang tidak sedikit dan waktu yang panjang. Di samping itu, yang membuat mereka berat menerima ajakan Nabi tersebut adalah dikarenakan mereka sudah terbiasa hidup berpecah-belah, menyembah banyak Tuhan dan mempunyai banyak keyakinan sebanyak kepala (pemimpin) agama mereka.

    Ketika menjelaskan kalimat, “Dan tidaklah mereka berpecah belah melainkan setelah datangnya pengetahuan.” Imam Al-Baghawi berkata, “Mereka mengetahui bahwa berpecah belah adalah sesat tetapi mereka tetap melakukannya.”

    Uraian di atas memberikan pengartian dengan jelas bahwa syariat Islam sangat menekankan pentingnya kesatuan. Namun saat ini terasa ironis bahwa Islam seakan-akan telah berhenti menjadi kekuatan pemersatu. Umat Islam porak-poranda menjadi beberapa golongan dan kelompok yang saling bermusuhan. Inilah yang menjadikan umat Islam menjadi lemah sehingga pihak lain dengan mudah melecehkan Islam, secara kuantitas umat Islam ini banyak, namun kondisi umat Islam masih menjadi maf’ul bih (objek penderita). Mereka memiliki berbagai potensi, namun mereka masih saja tetap tertindas.

    Tidak terkecuali permasalahan Masjid Al-Aqsa Al-Mubarak yang terus menjadi bulan-bulanan Zionis Yahudi Isarel. Jumlah umat Islam mencapai hingga angka satu milyar bahkan lebih, namun mereka tidak berdaya, sekedar mengembalikan hak miliknya itu masih saja belum mampu dan tak berdaya.  Inilah saatnya muslimin insyaf dan sadar, sudah waktunya kita bangkit, di atas aqidah kita bangun ukhuwah sehingga kita menjadi umat yang satu, kompak dan kuat bias menjadi obat terhadap peradaban yang sedang sekarat dan mampu mengembalikan Qiblat pertama yakni Masjid Al-Aqsa Al-Mubarak. Sehinggakita bisa mengunjungi kembali Masjid Al-Aqsa. Sebagaimana Nabiyuna Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    "Tidaklah perjalanan benar-benar dilakukan kecuali ke tiga mesjid, yaitu Al-Masjidul Haram, Masjid Rasul dan Masjidul Aqsha". (HR. Imam Bukhari dari Shahabat Abi Hurairah tadliyallhu ánhu).

    Bagaimana mungkin, umat ini bersungguh-sungguh melakukan perjalanan ke Masjid Al-Aqsa padahal Zionis tetap mempersulit dan menghalanginya. Karena begitu mulia dan pentingnya kedudukan Al-Aqsa dalam Islam, sehingga Amirul Mukminin, Umar bin Al-Khaththab pun tidaklah meninggalkan Madinah kecuali untuk urusan Al-Aqsa ini.

    Khilafah Sebagai Sarana Pemersatu  

    Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
    وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
    "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)

    Imam Al-Qurthubi dan ulama yang lain menjadikan ayat ini sebagai dalil wajibnya menegakkan khilafah dikalangan umat Islam setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, guna menyelesaikan dan memutuskan pertentangan di antara manusia, menolong orang yang teraniaya, menegakkan hukum Islam dan mencegah merajalelanya kejahatan.

    Khilafah merupakan kepemimpinan khas dien yang ditegakkan dalam rangka memelihara agama dan mengadakan urusan dunia. Menurut ijma mu’tabar (kesepakatan yang benar), hukum menegakkan khilafah adalah fardlu khifayah (kewajiban yang tidak bisa terlaksana kecuali dilakukan dengan banyak orang). dengan alasan:

    Pertama, Ijma shahabat, ketika Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam wafat para shahabat mendahulukan memilih khalifah penganti beliau sebelum pemakaman jenazahnya dengan memilih Abu Bakar r.a. sebagai khalifah.

    Kedua, untuk menyempurnakan kewajiban agama seperti jihad, menjaga kemurnian akidah, menjalinkan ukhuwah Islamiyah dan sebagainya.

    Ketiga, janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih untuk menjauhkan mereka dari kegelisahan, perasaan yang mencekam karena takut akan menjadi obyek kezaliman, sebagaimana dalam QS. An-Nuur [24]: 55, Allah berfirman;
    وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
    Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.

    Dengan demikian kehidupan berjama’ah dan menegakkan kekhilafahan bagi seorang muslim merupakan inti syariat Islam yang harus dilaksanakan kaum muslimin. Tanpa adanya kekhilafahan, syariat Islam yang kamil wa mutakammil ini tidak dapat terlaksana dengan menyeluruh.

    Tanpa adanya kesatuan umat, muslimin tidak akan pernah memiliki kekuatan dan kehormatan, umat Islam senantiasa dicampakan dan dihinakan. Tanpa adanya kesatuan umat, niscaya tugas besar muslimin membebaskan Masjid Al-Aqsha yang hari ini dalam cengkaram Zionis Israel tidak akan pernah berhasil.

    Kekhilafahan telah di tetapi kembali 

    Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah Subahanahu Wa Ta’ala pada awal tahun 1972H (1953M), Allah Ta’ala menunjukan kepada hama-Nya Wali Al-Fatah tentang bagaimana Rasulullah dan para shahabatnya berhimpun mengamalkan wahyu-wahyu Allah Ta’ala.dan bentuk kesatuan serta wujud kemasyarakatan Islam.

    Dengan takdir serta ijin Allah Subahanahu Wa Ta’ala semata, setelah berulang kali didiskusikan dan dimusyawarahkan, pada tanggal 10 Dzulhijjah 1373H (20 Agustus 1953M) ditetapilah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) dengan imam pertama Wali Al Fatah. Jama’ah Muslimin (Hizbullah) bukanlah organisasi, Partai, perserikatan, dan bentuk lain yang bersifat politis, melainkan berbentuk Jama’ah.

    Pada tahun 1976M Wali Al Fatah dipangil oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala di RSU Banyumas, Jawa Tengah. Kemudian sebagai pengantinya diangkatlah Muhyidin Hamidy sebagai imamul muslimin. konsentrasi perjuangan beliau selain menyatukan umat Islam dalam satu kesatuan jama'ah/khilafah, sejak tahun 2006, beliau begitu gigih memperjuangan pembebasan Masjidil Aqsha dan Palestina dari cengkraman Zionis Yahudi.

    Imamul Muslimin Muhyidin Hamidy wafat pada Jum’at, 12 Desember 2014 di Ponpes Al-Fatah Lampung. Sebelum jenazahnya di makamkan ke bumi, sebagai sunnah dibai’atlah Syeikh Yakhsyallah Mansur sebagai Imamul muslimin selanjutnya.
    Konsentrasinya perjuangannya masih sama, yaitu memperjuangkan pembebasan Masjid Al Aqsha dan Pelestina serta menjalin persaudaraan, kasih sayang, dan persatuan diantara umat Islam.

    Takhtim

    Mari dengan aqidah dan semangat ukhuwwah, kita selesaikan bersama berbagai problema dan masalah umat ini. Mari kita akhiri hidup berpecah-belah dan berfirqoh-firqoh, kita sudahi hidup tanazu’ dan tafarruq karena akan menjadikan kita menjadi lemah, hina dan tak berdaya.

    Mari kita satukan barisan, luruskan shaf dalam Jama’ah Muslimin. Dengan Al-Qur’an kita buktikan bahwa Islam mampu memberi jawaban dan solusi terhadap krisis peradaban yang sedang melanda umat manusia di abad ini!

    Adapaun sepuluh langkah tegaknya Islam yang satu adalah, dengan dakwah, istiqomah, jangan ikuti keinginan orang-orang kafir, percaya penuh dengan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, berbuat adil kepada siapa saja.

    Kembalikan semua permasalahan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan konsekuen, memaksimalkan amal soleh, jangan banyak berbantah-bantahan, yakin semua akan dikumpulkan Allah untuk pertanggungan jawab dan merasa tempat akhir kembalinya adalah Allah Ta’ala.

    Wallahu a’lam bishawab


    HADIRILAH!

    SEMINAR Kepemimpinan Umat

    Tema: Konsep Kepemimpinan Islam Sepanjang Tuntunan Al-Qur’an dan As Sunnah

    Sabtu, 23 Jumadil Awwal 1436H/
                14 Maret 2015M
    Tempat : Aula Islamic Centre, Koja, Jakarta Utara

    Pembicara:
    1. Ir. Ismail Yusanto (HTI)
    2. KH. Habib Riziq (FPI)*
    3. Dr. Abdul Malik ( UII Malaysia)

    TABLIGH AKBAR
    Ahad, 15 Maret 2015M

    Tempat : Masjid Islamic Centre, Koja, Jakarta Utara

    UNTUK UMUM

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism