Rabu, 29 Juli 2015

  • Buah Ibadah Ramadhan

    Bulan Ramadhan adalah bulan yang Allah khususkan bagi pembinaan ibadah ummat. Amalan sebulan Ramadhan lalu hendaknya benar-benar menghasilkan pribadi-pribadi yang bertaqwa, semakin bertaqwa. Shoum dan ibadah kita akan menjadi gagal manakala selepas Ramadhan tidak ada perubahan positif pada nilai taqwa kita.

    Sebulan penuh ummat Islam melaksanakan shoum di siang hari, berusaha keras mengendalikan dorongan-dorongan hawa nafsu yang dapat menjerumuskan manusia ke jurang kehinaan dan kejahatan. Kehinaan dan kejahatan yang disebabkan ulah manusia-manusia yang lepas kendali moralnya. Tidak kenal belas kasihan dan tanggung jawab sesama. Dipikirannya hanyalah ambisi pribadi dan golongannya, ketamakan dan kerakusan yang meledak-ledak dengan menghalalkan segala cara.

    Munculnya manusia-manusia jahat yang terjerat dengan potensi buruknya dengan mengingkari hukum-hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala, telah menimbulkan kerusakan di muka bumi ini, baik kerusakan fisik maupun moral. Allah mengingatkan:
    ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
    Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia...” (Q.S. Ar-Rum [30]: 41)

    Fakta yang dapat kita saksikan saat ini, sumberdaya daya alam yang Allah wariskan untuk keperluan hidup manusia nyaris habis dan hancur di mana-mana. Barang-barang tambang, mineral serta hutan belantara habis di tangan manusia-manusia rakus tanpa mempedulikan kepentingan dan kebutuhan manusia lainnya.

    Kemiskinan dan kesulitan hidup semakin subur karena korupsi yang merajalela di setiap sektor pembangunan. Sumberdaya alam rusak, moralpun semakin rusak. Pergaulan bebas, hura-hura dan kema’shiyatan lainnya difasilitasi dengan teknologi menjadi semakin canggih dan marak di mana-mana. Ibadah selama bulan Ramadhan telah membina umat Islam untuk menyadari betapa masih banyak umat manusia saat ini yang hidup dalam kesusahan, akibat himpitan ekonomi maupun akibat kedzoliman segolongan manusia atas golongan lainnya, kedzholiman satu bangsa atas bangsa lainnya. Perampasan tanah dan pengusiran warga Palestina oleh Zionis Yahudi masih terjadi hingga hari ini. Para pengungsi muslimin di perbatasan negara-negara Timur Tengah dalam kondisi yang memprihatinkan tidak menentu nasibnya akibat perang saudarayang berkepanjangan.

    Muslimin Rohingya yang terdzolimi di negaranya sendiri hidup terlunta-lunda terhempas di tengah lautan dan diusir oleh negara-negara yang tidak mau bertanggung jawab. Alhamdulillah di tengah gersangnya nilai-nilai kemanusiaan saat ini, masih ada rasa ukhuwwah muslimin Indonesia, khususnya muslimin di Aceh yang rela membantu meringankan sebagian beban mereka.

    Potensi kedzoliman manusia atas manusia di abad modern ini justru terjadi pula di dalam tubuh ummat Islam. Potensi ummat 1,5 milyar jiwa di muka bumi ini terpecah-belah dan terkotak-kotak karena perbedaan wilayah politik, madzhab, harakah hingga ashobiyah kebangsaan. Masing-masing hanya bangga dan hanya mempedulikan golongannya. (Q.S. Ar-Ruum [30]: 31-32).

    Perbedaan fikroh dalam mengamalkan syariah Islam telah melahirkan anarkhisme yang berkepanjangan bahkan saling membunuh sebagaimana kita saksikan di belahan bumi Timur Tengah saat ini,

    Sungguh sangat ironis, ketika Allah mengajarkan syariah Islam yang rahmatal lil ‘alamiin, namun justru fitnah terhadap Islam muncul akibat perbuatan anarkhis dan dzolim yang dipertontonkan segolongan manusia yang menyatakan dirinya muslim. Hal ini tentu bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan kesantunan, persaudaraan dan kedamaian.

    BUAH RAMADHAN

    Selanjutnya, sebagai evaluasi ibadah Ramadhan maka perwujudan taqwa kita dalam menatap ke depan adalah istiqomah dalam syariat Allah untuk memelihara fitrah kita sebagai sosok manusia agar tetap menjadi makhluk manusia yang Allah muliakan. Keluar dari Islam, menolak Islam berarti keluar/menolak tata nilai kebenaran dan perwujudan fitrah manusia yang benar. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
    فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
    Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Ruum [30]: 30)

    Tantangan bersama ke depan umat Islam yang seharusnya mendapatkan perhatian umut Islam sebagai komitmen mewujudkan Islam yang rahmatal lil ‘alamiin adalah:

    Mengamalkan Islam secara Kaffah

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
    Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagi kalian.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 208)

    Perintah Allah dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah satu paket amalan kehidupan yang lengkap dan tidak boleh dipisah-pisahkan. Aqidah, akhlaq, amalan-amalan syariah merupakan satu paket pembentukan karakter sesuai fitrah manusia. Islam adalah sebuah sistem kehidupan, yang mencakup tata aturan hidup pribadi, keluarga hingga masyarakat. Dari zikir, shalat, hingga jual beli bahkan jihad mempertahankan akidah dan keselamatan ummat. Keseluruhan amalan-amalan syariah tersebut Allah ajarkan untuk memelihara dinamika kehidupan sesuai fitrah manusia itu sendiri. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
    Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (Q.S. Al-Anfal [8]: 24)

    Pengamalan Islam secara parsial serta mencampur-adukkan syariah Islam dengan pemikiran (ro’yu), tradisi budaya dan muatan politik telah terbukti melahirkan kelompok-kelompok ummat Islam lokal dan suburnya fanatisme ashobiyah yang membahayakan kehidupan islam iu sendiri. Untuk itu, pengamalan Islam secara kaffah menjadi harga mati untuk kita laksanakan.

    Mengamalkan Islam secara Berjama’ah

    وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
    Dan berpegang eratlah kalian kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai,,,” (Q.S. Ali Imran [3]: 103)

    Manusia adalah mahluk sosial, tidak mampu hidup sendiri. Naluri manusia mendorong untuk hidup bersama saling mengisi keperluan dan kekurangan masing-masing. Maka sebagian manusia hidup bersama atas dasar kesamaan suku, bangsa, negara, atau atas dasar kesamaam profesi dan kesamaan paham hidup atau aliran tertentu. Maka Islam datang mengajarkan kebaikan dan memerintahkan muslimin berada dalam satu wadah sosial berjama’ah dengan ikatan ukhuwwah sesuai dengan fitrahnya. Sebuah wadah bagi mereka yang ingin bersama-sama mengamalkan Islam secara kaffah, karena amalan-amalan Islam memang memerlukan dan mengharuskan sistem kebersamaan–kal bunyaanun yasyuddu ba’duhu ba’dhon, saling mengenal, saling memahami, saling menolong dan saling menanggung.

    Maka jelas bahwa Islam menentang sikap egois, parsial, firqoh berpecah belah dalam menegakkan kehidupan. Keterpurukan umat Islam 1,5 milyar di dunia ini sekali lagi karena terpecah belah dalam madzhab-madzhab, ashobiyah hingga politik. Al haq bilaa nizhom yughlabul bathil bin nizhom – Amalan haq tak terorganisir terkalahkan oleh kebathilan yang terorganisir. Oleh karena itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Q.S. Ash-Shof [61]: 4, sebagai berikut:
    إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ
    Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. Ash-Shof [61]: 4)

    Subhanallah, tanpa kesatuan dengan ikatan ukhuwwah, maka kita saksikan muslimin 1,5 milyar di dunia serta menempati wilayah-wilayah yang kaya sumberdaya alam yang Allah sediakan, namun hanya menjadi negeri-negeri jajahan kapitalis kafir dan Zionis Yahudi tanpa ampun. Kenapa? karena muslimin terpecah belah sehingga mudah diadudomba dan dihancurkan musuh satu per satu, laksana hidangan yang tersaji di atas meja makan.

    Dengan demikian kesatuan ummat dalam satu komunitas Jama’ah Muslimin memang menjadi solusi teramalkannya pola hidup Islami sesuai tuntunan Allah dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

    Kebersamaan kita selama ibadah bulan Ramadhan hendaknya kita pelihara. Tidak ada lagi Islam yang berfirqoh-firqoh (bergolong-golongan), yang ada adalah muslimin yang mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya secara berjama’ah dengan ikatan ukhuwwah.

    Menegakkan Kepemimpinan Umat Islam

    Kepemimpinan dalam kehidupan manusia merupakan keharusan yang tidak bisa dielakkan, bahkan oleh masyarakat tradisional sekalipun, pemimpin kelompok harus dimiliki.

    Maka Allah yang Maha Mengetahui telah mewajibkan umat Islam mentaati Ulil Amri sebagai pemimpin umat yang harus ditaati setelah Allah dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ 
     “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu...” (Q.S. An-Nisa [4]: 59)

    Ulil Amri di antara orang-orang beriman bukanlah jabatan politis melainkan sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, yang memimpin umat Islam sedunia dalam beribadah kepada Allah. Mengajak umat dalam menegakkan syariah.

    Maka fitrah manusia akan terpelihara dan sistem kehidupan yang rahmah akan tercapai hanya dan hanya jika muslimin mengamalkan Islam secara kaffah, hidup berjama’ah dan terpimpin oleh seorang khalifah.

    Tugas kita ke depan adalah membangun kesadaran akan kesempurnaan Islam serta membangun peradaban manusia beriman yang rahmah sebagai satu umat, ummatan waahidah. Jauhkan perselisihan dan perpecahan di antara umat Islam, karena kita mewarisi warisan yang sama yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kita dihadapkan pada musuh-musuh Islam dan muslimin yang selalu berupaya memecah belah umat serta tantangan peradaban lain yang bermotif eksploitatif, dzolim dan menyesatkan dari jalan Allah.

    Wallahu a’lam bisshowab.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism