Kamis, 29 Oktober 2015

  • Keistimewaan Al-Qur’an

    Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan, antara lain:

    1. Terpelihara Keasliannya
    إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
    Firman Allah: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.“ (Q.S. al-Hijr [15]: 9)

    Upaya-upaya untuk memalsukan al-Qur’an telah dilakukan oleh orang-orang kafir sejak dahulu sampai sekarang tetapi usaha-usaha itu selalu gagal total.

    Musailamah al-Kadzab, seorang sastrawan Arab yang mengaku sebagai nabi berusaha untuk menandingi al-Qur’an dengan mengubah beberapa syair. Tetapi syair gubahannya itu hanya membuat orang tertawa. Misalnya untuk menandingi surat al-Ashr, dia mengaku mendapat wahyu:

    Hai kelinci, hai kelinci, kamu punya dua daun telinga dan dada tempat jalanmu ada lubang galian.

    Di era modern, pemalsuan al-Qur’an dilakukan oleh kelompok Ahmadiyah dengan menyusun kitab Tadzkirah yang menurut mereka merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad. Pada tahun 2009, penerbit asal Amerika, Omega 2001 dan One Press membuat al-Qur’an palsu dengan judul hard cover “FURQANUL HAQ” atau “TRUE FURQAN”, dan usaha inipun gagal total.

    2. Sesuai dengan Sains Modern
    Al-Qur’an terbukti sesuai dengan sains modern. Contoh bukti kesesuaian al-Qur’an dengan sains modern antara lain digantinya kulit manusia di neraka. Kulit adalah pusat kepekaan panas. Maka jika kulit telah terbakar api seluruhnya, akan lenyap kepekaannya. Oleh karena itu, Allah menghukum orang kafir dengan mengembalikan kulitnya waktu demi waktu. Allah berfirman:
    إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُم بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا
    Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Nisaa’ [4]: 56)

    Ayat inilah yang mendorong Dr. Tagata Tejasen, Ketua Departemen Anatomi di Universitas Chiang Mai, Thailand masuk Islam.

    3. Dihapalkan Banyak Manusia
    وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
    Allah berfirman:“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. al-Qamar [54]: 17)

    Ayat ini diulang empat kali dalam surat tersebut dan terbukti al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang banyak dihapal oleh banyak manusia bahkan mampu dihapal oleh anak-anak yang masih sangat belia. Ibnu Sina hapal al-Qur’an di usia 5 tahun, Imam Thabary, Imam Syafi’i, dan Ibnu Khaldun hapal al-Qur’an usia 7 tahun. Imam al-Suyuthi hapal al-Qur’an sebelum usia 8 tahun. Ibnu Hajar al-Asqalani hapal al-Qur’an usia 9 tahun, Ibnu Qudamah hapal al-Qur’an usia 10 tahun.

    4. Menceritakan Masa Lalu dan Akan Datang dengan Tepat
    Diantaranya adalah kemenangan bangsa Romawi setelah mereka mengalami kekalahan dari bangsa Persia. Allah berfirman:
    غُلِبَتِ الرُّومُ
    فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُم مِّن بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ
    فِي بِضْعِ سِنِينَ ۗ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِن بَعْدُ ۚ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ
    Artinya : “(2) Telah dikalahkan bangsa Rumawi, (3) di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, (4) dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,” (Q.S. al-Ruum [30]: 2 – 4)

    Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat-ayat di atas pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Romawi dan Persia terjadi di Nineveh. Kali ini pasukan Romawi secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia dan memaksa Persia harus membuat perjanjian dengan Romawi untuk mengembalikan wilayah yang mereka rampas dari Romawi.

    5. Petunjuk Manusia Sepanjang Masa
    Firman Allah:
    ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
    Artinya : “….Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.” (Q.S. al-Zumar [39]: 23)

    Petunjuk dalam bahasa Arab, hidayah adalah penjelasan atau petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah.

    Hidayah adalah nikmat Allah yang paling besar,sebagaimana firman-Nya:
    أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِن نُّورٍ
    Artinya : “Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (Q.S. al-Nur [24]: 40)

    JALAN MENDAPATKAN HIDAYAH
    A. Berdoa
    Jalan yang paling kuat untuk mendapatkan hidayah adalah berdoa, karena Allah tidak akan menolak orang yang berdoa kepada-Nya. Inilah yang diajarkan oleh Allah dalam surat al-Fatihah dan selalu kita ulang-ulang dalam setiap shalat.
    اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
    Artinya : “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus.” (Q.S. al-Fatihah [1]: 6)

    b. Bertaubat
    Firman Allah:
    وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا أُنزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِّن رَّبِّهِ ۗ قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ
    Artinya : “Orang-orang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu`jizat) dari Tuhannya?” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada Nya.” (Q.S. al-Ra’d [13]: 27)

    Dengan demikian, hidayah adalah buah dari taubat. Tidak mungkin seorang hamba mendapat hidayah sedangkan dia berkubang dalam kemaksiatan.

    c. Iman
    Firman Allah:“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. al-Taghabun, 64: 11)

    Pada ayat lain: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya...” (Q.S. Yunus, 10: 9)

    Kedua ayat ini menjelaskan iman (kepercayaan) itu akan menyebabkan datangnya hidayah. Oleh karena itu, kita harus percaya dan yakin dengan segala sesuatu yang datang dan Allah akan menerima dengan sepenuh hati dengan apa yang diputuskan oleh Allah dan Rasul-Nya.

    Sebagaimana firman-Nya: “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. al-Nur, 24: 51)

    d. Ilmu
    Yang dimaksud ilmu disini adalah ilmu yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya yaitu ilmu al-Qur’an dan al-Sunnah. (Q.S. al-Ra’d, 13: 19)

    Ada banyak orang yang mendapat hidayah setelah melakukan penelitian di bidang ilmu pengetahuan yang dimiliki, antara lain:

    1) Maurice Bucaille, masuk Islam karena jasad Fir’aun.
    Dokter bedah ini masuk Islam setelah mendengar firman Allah: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Q.S. Yunus,10: 92)

    2) Fedehua O’leary, menemukan rahasia sujud dalam shalat.
    Ahli neurologi asal AS ini mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak manusia. Dalam penelitian yang cukup lama, ia menemukan beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah kecuali ketika seseorang melakukan sujud dalam shalat. Artinya, kalau manusia tidak menunaikan shalat, otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Setelah penelitian itu, ia mencari tahu tentang Islam dan setelah mempelajari dan mendiskusikannya, akhirnya ia masuk Islam.

    3) Profesor William, menemukan tumbuhan bertasbih.
    Ahli biologi molecular ini masuk Islam setelah membaca firman Allah, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Q.S. al-Isra’: 44)

    Dalam sebuah penelitian, ternyata tumbuhan dapat mengeluarkan suara ultrasonik (suara halus yang tidak dapat didengar oleh telinga biasa). Yang mengejutkan ketika getaran halus ini ditransfer pada alat perekam, muncul garis-garis yang membentuk lafadz Allah dalam layar. Inilah bukti kalau tumbuhan itu bertasbih seperti yang disebut pada ayat di atas. Selang beberapa hari setelah penelitian itu, Prof. William berceramah di Universitas Carnegie Mellon dan mengatakan, tidak ada pilihan buatku selain mengucapkan syahadatain.”
    e. Berpegang Teguh kepada Agama Allah seraya Berjama’ah
    Firman Allah: “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara...” (Q.S. Ali ‘Imran: 103)

    Melalui ayat ini, Allah memberikan pedoman kepada kaum muslimin bagaimana cara berpegang teguh kepada agama-Nya yakni dengan berjama’ah.

    Menurut pengertian syariat, al-Jama’ah adalah umat Islam yang menyepakati seorang pemimpin (imam/amir).

    Tujuan dari jama’ah adalah penyatuan umat Islam di seluruh dunia dalam rangka mencari ridla Allah.

    Dengan berjama’ah, umat Islam akan terhindar dari berpecah belah sehingga dapat mewujudkan kehidupan yang penuh kasih sayang dan persaudaraan yang akhirnya menyebabkan datangnya hidayah kepada setiap orang yang berada dalam jama’ah tersebut.

    Wallahu a’lam bish shawwab.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism