Rabu, 21 Oktober 2015

  • Tidak Ada Perdamaian Dengan Israel

    Kompleks Masjid Al-Aqsa, Palestina
    Eskalasi kekerasan yang masih berlangsung tidak dimulai dengan pembunuhan dua pemukim ilegal Israel, namun diawali lebih jauh lagi di masa lalu dan telah berlangsung selama bertahun-tahun.

    Setiap hari warga Palestina tewas, terluka, dan ditangkap. Setiap hari kolonialisme kian menjadi-jadi, blokade pada penduduk kami di Gaza terus berlangsung, penindasan terus berlanjut.

    Seperti banyak hal, hari ini kami kewalahan oleh konsekuensi potensial dari sebuah kekerasan spiral baru, saya akan memohon, seperti yang saya lakukan pada tahun 2002, untuk menangani akar penyebabnya: penolakan kemerdekaan Palestina.

    Beberapa pihak telah menunjukkan alasan mengapa perjanjian damai tidak bisa diraih, seperti keengganan Presiden Yasser Arafat atau ketidakmampuan Presiden Mahmoud Abbas, meski keduanya sudah siap dan mampu untuk menandatangani perjanjian damai.

    Masalah sebenarnya adalah bahwa Israel telah memilih pendudukan ketimbang perdamaian, dan memanafaatkan perundingan sebagai tabir asap untuk memajukan proyek kolonialnya. Setiap pemerintah di seluruh dunia tahu fakta sederhana ini dan banyak dari mereka berpura-pura bahwa kembali pada cara-cara gagal di masa lampau dapat mencapai kebebasan dan perdamaian. Kegilaannya adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda.

    Tidak ada negosiasi tanpa komitmen Israel yang jelas untuk sepenuhnya menarik diri dari wilayah Palestina yang didudukinya pada tahun 1967, termasuk Al-Quds Timur; mengakhiri sepenuhnya semua kebijakan kolonial; pengakuan hak-hak asasi rakyat Palestina, termasuk hak mereka untuk menentukan nasib sendiri dan pulang kembali; serta pembebasan semua tahanan Palestina.

    Kami tidak bisa hidup berdampingan dengan pendudukan, dan kami tidak akan menyerah atas hal itu.

    Kami diimbau agar bersabar, dan kami sabar menanti, dengan memberikan kesempatan demi kesempatan untuk mencapai kesepakatan damai. Mungkin hal ini berguna untuk mengingatkan dunia bahwa perampasan atas kami, pengasingan paksa, pemindahan, dan penindasan kini telah berlangsung selama hampir 70 tahun.

    Kami adalah satu-satunya persoalan yang telah ada dalam agenda PBB sejak awal. Kami memberitahukan bahwa dengan memakai cara-cara damai dan saluran diplomatik kami akan menggalang dukungan dari masyarakat internasional untuk mengakhiri pendudukan.

    Namun, seperti pada tahun 1999 pada akir masa darurat, masyarakat dunia gagal lagi untuk melakukan langkah-langkah yang berarti, tidak menyiapkan kerangka kerja internasional untuk menerapkan hukum internasional dan resolusi PBB, juga memberlakukan langkah-langkah untuk memastikan akuntabilitas, termasuk boikot, penghentian saham dan sanksi, yang memainkan peran penting dalam membersihkan dunia dari rezim apartheid.

    Jadi, dengan tidak adanya tindakan internasional untuk mengakhiri pendudukan dan impunitas Israel atau bahkan memberikan perlindungan, apa yang kami minta lagi untuk dilakukan?

    Berdiri dan menunggu keluarga Palestina berikutnya yang dibakar, anak Palestina selanjutnya yang akan dibunuh atau ditangkap, pemukiman ilegal (hanya bagi orang Yahudi) selanjutnya yang akan dibangun?

    Seluruh dunia tahu bahwa Al-Quds adalah api yang dapat menginspirasi perdamaian dan memicu perang. Mengapa kemudian dunia berdiam diri sementara serangan Israel terhadap rakyat Palestina di kota-kota dan di tempat-tempat suci Muslim dan Kristen, terutama Al-Haram Al-Sharif, Masjid Al-Aqsha, terus berlanjut?

    Tindakan dan kejahatan Israel tidak hanya menghancurkan solusi dua negara sesuai perbatasan tahun 1967 dan melanggar hukum internasional, mereka mengancam untuk mengubah konflik politik menjadi perang agama tanpa akhir yang akan merusak stabilitas di kawasan yang sudah mengalami gejolak yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Tidak ada orang di dunia ini akan menerima untuk hidup berdampingan dengan penindasan. Secara alami, manusia merindukan kebebasan, perjuangan untuk kebebasan, pengorbanan untuk kebebasan, dan kebebasan rakyat Palestina sudah lama terlambat.

    Dalam intifadhah pertama, pemerintah Israel meluncurkan kebijakan tindakan “mematahkan tulang mereka untuk mematahkan kehendak mereka”, tetapi untuk generasi ke generasi rakyat Palestina telah membuktikan kemauan mereka..

    Generasi baru Palestina tidak menunggu pembicaraan rekonsiliasi untuk mewujudkan persatuan nasional bahwa partai politik telah gagal untuk mencapainya, tetapi hanya meningkatkan perbedaan politik dan fragmentasi geografis. Tidak menunggu petunjuk untuk menegakkan hak, dan kewajiban, untuk melawan pendudukan ini. Hal ini dilakukannya dengan tidak bersenjata, ketika sedang berhadapan dengan salah satu kekuatan militer terbesar di dunia.

    Namun, kami tetap yakin bahwa kebebasan dan martabat harus menang, dan kami akan mengatasinya. Bendera yang kami kibarkan dengan bangga di PBB, suatu hari juga akan berkibar di atas tembok Kota Tua Al-Quds untuk sinyal kemerdekaan kami.

    Saya bergabung dengan perjuangan kemerdekaan Palestina 40 tahun yang lalu, dan pertama kali dipenjara pada usia 15 tahun. Hal ini tidak mencegah saya memohon untuk perdamaian sesuai dengan hukum internasional dan resolusi PBB. Tapi Israel, kekuatan pendudukan, telah menghancurkan perspektif ini dari tahun ke tahun.

    Saya telah menghabiskan 20 tahun hidup saya di penjara-penjara Israel, termasuk 13 tahun terakhir, dan tahun ini telah membuat saya lebih yakin kebenaran akan mengubah ini: hari terakhir pendudukan akan menjadi hari pertama perdamaian.

    (Ust. Agus & AWG Team, 19/10)

    “Jangan Lupakan Al-Aqsha, Palestina”

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism