Rabu, 04 Maret 2015

  • Pola Kepemimpinan Umat Islam

    Kepemimpinan
    Menarik untuk dikaji dan dijadikan rujukan dalam perjuangan menata umat Islam dewasa ini, dialog Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dengan Hudzaifah bin Yaman seseorang yang memiliki ketajaman dan kepekaan nalar melihat kebusukan hati orang-orang munafiq, sampai Umar bin Khatab pun perlu bertanya kepadanya tentang mereka.

    Hudzaifah berkata; "Adalah orang-orang bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tentang kebaikan, tetapi aku bertanya kepada beliau tentang keburukan, karena aku khawatir keburukan itu akan menimpa diriku, maka aku bertanya: "Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada dalam  kejahiliyahan dan keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini (Islam) kepada kami, apakah sesudah kebaikan ini akan ada lagi keburukan?”

    Rasulullah menjawab: “Ya!” Aku (Khuzaifah) bertanya: “Dan apakah sesudah keburukan itu nanti ada lagi kebaikan? Rasulullah menjawab: Ya, dan di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Aku bertanya: “Apakah kekeruhan itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, dalam riwayat lain: Orang-orang yang berprilaku bukan dari sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dari petunjukku. Engkau mengetahui dari mereka itu dan engkau ingkari.”

     Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu–pintu jahannam. Barangsiapa yang mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkan sifat–sifat mereka itu kepada kami.” Rasulullah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah kita.”

    Aku bertanya: “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian itu?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama'ah Muslimin dan imam mereka.” Aku bertanya: “Jika tidak ada Jama'ah Muslimin dan imam mereka?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggit akar kayu hingga kematian mengejarmu, engkau tetap demikian.” (HR. Bukhari, Kitabul Fitan juz 4 hal. 225. Shohih Muslim, Kitabul Imaroh juz 2 hal. 134-135. Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan juz 2 hal. 1317 no. 3979).

    Penegasan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam hadis ini sekaligus sebagai solusi terhadap permasalah yang sedang dihadapi Umat Islam dewasa ini. Di mana muslimin saat ini telah menyadari pentingnya menegakkan khilafah sebagai satu-satunya sistem yang dapat melaksanakan syari’ah Islam. Melalui sistem ini pula kedamaian dan kemaslahatan umat akan terjaga.

    Al-Jurjani mengatakan, “Mengangkat imam adalah salah satu dari sebesar-besar maksud dan sesempurna-sempurnanya kemaslahatan umat.” Senada dengannya Al-Ghazali berkata, “Ketentraman dunia dan keamanan jiwa dan harta tidak tercapai kecuali dengan adanya pimpinan yang ditha’ati.” Permasalahannya adalah, khilafah seperti apa yang Allah Ta’ala kehendaki? Untuk itu kita perlu kembali menelaah perjalanan Rasulullah dan para sahabatnya.

    KEPEMIMPINAN UMAT ISLAM
    Dari Nu’man bin Basyir Radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
    “Adalah masa  Kenabian ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya ketika Ia berkehendak mengangkatnya. Kemudian ada masa khilafah yang mengikuti jejak kenabian, adanya atas kehendak Allah kemudian Allah mengangkatnya ketika Ia berkehendak mengangkatnya. Kemudian ada masa kerajaan yang menggigit, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya ketika Ia berkehendak mengangkatnya. Kemudian ada kerajaan yang menyombong, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya ketika Ia berkehendak mengangkatnya. Kemudian ada masa khilafah yang mengikuti jejak kenabian, kemudian beliau diam.” (HR. Ahmad)

    Selain hadits Hudzaifah yang yang mengandung solusi permasalahan umat, hadis ini juga mengisyaratkan bahwa fase kepemimpinan muslimin di mulai dari Nubuwwah kemudian Khilafah 'ala Minhajin Nubuwwah dilanjutkan dengan bentuk Kerajaan yang menggigit (Mulkan 'Adlan) serta Kerajaan yang sombong (Mulkan Jabariyyah) dan kembali kepada Khilafah 'ala Minhajin Nubuwwah lagi.

    Masa Kenabian
    Masa Kenabian dimulai dengan diangkatnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penutup mata rantai kerasulan dan kenabian. Yaitu masa umat Islam dipimpin oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Masa kenabian ini berlangsung selama 23 tahun.

    Masa Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah
    Yaitu masa umat Islam dipimpin oleh Khalifah yang mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Masa ini dimulai dengan dibaiatnya Abu Bakar Ash-Shidiq sebagai Khalifah setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam wafat. Karena itu Abu Bakar disebut Khalifatur Rasulullah (pengganti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam). Selanjutnya Umar bin Khaththab sebagai Khalifah kedua menyebut dirinya sebagai Khalifah-khalifah Rasulullah (penggantinya pengganti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam). Khalifah ketiga, Utsman bin Affan, karena sebutannya terlalu panjang, hanya disebut Khalifah. Mulai saat itu sebutan Khalifah mulai dipakai secara populer. Sebutan tersebut terus berlaku sampai ke masa Ali bin Abi Thalib, sebagai Khalifah ke-4.

    Masa Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah ini berlangsung kurang lebih selama 30 tahun, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dari Safinah, berkata: “Khilafah pada ummatku tigapuluh tahun, kemudian setelah itu kerajaan.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

    Selanjutnya Safinah berkata, "Perhatikanlah Khalifah Abu Bakar dua tahun, Umar sepuluh tahun, Utsman duabelas tahun dan Aly enam tahun.”

    Masa Mulkan
    Yaitu masa umat Islam dipimpin oleh para raja. Sebagai raja pertama adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan. (w. 60 H). Dalam sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Ahmad, Mu’awiyah bin Abu Sufyan pernah berkata kepada Abdurrahman bin Abu Bakrah: “Apakah kamu berkata kami raja? Sungguh kami rido dengan kerajaan.”

    Masa Mulkan (kerajaan) ini terdiri dari dua periode yaitu Mulkan Adlon (kerajaan yang menggigit) dan Mulkan Jabariyah (kerajaan yang menyombong). Para ahli sejarah mencatat bahwa masa mulkan ini berakhir dengan diruntuhkannya Dinasti Utsmaniyah di Turki oleh Mustafa Kamal Pasya pada tahun 1342 H / 1924 M.

    Masa Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah.
    Yaitu masa umat Islam akan kembali dipimpin oleh para Khalifah yang mengikuti jejak kenabian setelah berlalunya masa mulkan (kerajaan). Saat inilah masa dimana muslimin akan kembali dipimpin seorang khalifah/imam.

    DARI MANA KITA MEMULAI!
    Untuk memulai langkah kita, hendaknya melihat kepada apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam katakan. Sebagaimana dialog Rasulullah dengan Khudzaifah bin Yaman pada hadis pertama dan hadis dalam Musnad Ahmad dari Shahabat Haris Al-Asy’ari: IV/ 202, At-Tirmidzi Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa jaa-a fi matsalis Shalati wa shiyami wa shodaqoti: V/ 148-149 No. 2263. Lafadz Ahmad). Rasulullah bersabda:

    “Aku perintahkan kepada kamu sekalian (muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar; ta’at, hijrah dan jihad fie sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari Al-Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat. Dan barangsiapa yang menyeru dengan seruan jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam.” Para shahabat bertanya : “Ya Rasulullah, jika ia shaum dan shalat ?” Rasul bersabda, “Sekalipun ia shaum dan shalat   dan mengaku dirinya seorang muslim, maka panggillah orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al-Mukminin, hamba-hamba Allah ‘azza wajalla.”

    Hadits di atas juga merupakan penjelasan yang rinci dari perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa muslimin dalam menerapkan dan menegakkan syari’ah harus dengan cara berjama’ah. Sebagaimana Allah perintahkan dalam al-Qur’an surat Ali ‘Imron ayat 102-103:

    “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam, dan berpeganglah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadikan kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, agar kamu mendapat petunjuk ”

    Wali Al Fattaah pada tahun 1953M beserta beberapa tokoh dan ulama saat itu telah menetapi kembali kekhilafahan yang sempat terhapus, dengan mengamalkan kehidupan berjama’ah dan berimamah (Jama’ah Muslimin) yang diawali dengan gerakan Hizbullah berbentuk jama’ah. Jama'ah Muslimin diambil dari sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim di atas. Hingga saat ini, Jama'ah Muslimin masih ditetapi.

    Wa Allahu 'Azza wa Jalla A'lam (MDP)

    +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
    HADIRILAH!

    SEMINAR Kepemimpinan Umat

    Tema: Konsep Kepemimpinan Islam Sepanjang Tuntunan Al-Qur’an dan As Sunnah

    Sabtu, 23 Jumadil Awwal 1436H/
                14 Maret 2015M

    Tempat : Aula Islamic Centre, Koja, Jakarta Utara

    Pembicara:
    1.Ust. DR. Rokhmat S. Labib, MEI        (DPP HTI Jakarta)

    2. Ust. DR. Tian Anwar Bachtiar
        (Ketua Umum Pemuda Persis)

    3. DR. Abdul Malik 
      (Universitas Islam Internasional     Malaysia)

    H. Supriyatna: 085285965749, Arif: 08561139395,  Ayub: 08567922266

    TABLIGH AKBAR

    Tema: Tegaknya Khilafah, Syarat  Pembebasan Al-Aqsha

    Ahad, 24 Jumadil Awwal1436H/
              15 Maret 2015M

    Tempat : Masjid Islamic Centre, Koja, Jakarta Utara

    Pembicara: 
    1. KH. Umar Rasyid
    “Memahami munculnya firqoh-firqoh di tengah umat Islam”
    2. Ust. Ali Farhan Tsani (TIM MINA)
    “Kondisi Al-Aqsho dan Gaza terkini”

    3. KH. Abul Hidayat Saerodjie 
    “Kesatuan umat di bawah kepemimpinan Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah syarat pembebasan Al-Aqsha”

    4. Nasihat Imamul Muslimin 

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism