Rabu, 18 September 2013

  • Mari Hidup Berjama’ah

    Kita adalah satu umat yang di pundak kita ada tanggungjawab membela dinul Islam yaitu aturan hidup dan kehidupan yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang bisa memberi solusi terhadap krisis yang sedang terjadi, mewarnai peradaban agar bisa menjadi rahmatan lil ‘alamin.

    Karena tidak bisa dipungkiri, secara kuantitas umat Islam ini banyak, namun kondisi umat Islam masih menjadi objek penderita. Mereka memiliki berbagai potensi, namun mereka masih saja tetap tertindas. Tidak terkecuali permasalahan Masjid Al-Aqsa Al-Mubarak yang terus menjadi bulan-bulanan Zionis Yahudi Isarel, yang tetap harus menjadi perhatian kita.

    Jumlah umat Islam mencapai hingga angka satu milyar bahkan lebih, namun mereka tidak berdaya, sekedar mengembalikan hak miliknya itu masih saja belum mampu dan tak berdaya. Inilah saatnya muslimin insyaf dan sadar, sudah waktunya kita bangkit, di atas aqidah kita bangun ukhuwah sehingga kita menjadi umat yang satu, kompak dan kuat, bisa menjadi obat terhadap peradaban yang sedang sekarat dan mampu mengembalikan Qiblat pertama yakni Masjidil Al-Aqsa.

    Islam adalah agama yang semestinya mampu memberikan kontribusi positif terhadap krisis peradaban. Islam adalah syariah yang bisa membawa arah dan corak kehidupan yang rahmatan lil ‘alamin. Tetapi kenyataannya umat Islam masih terus-menerus ditimpa kerendahan dan kehinaan. Tentu saja ada yang tidak pas pada kita dalam melaksanakannya.

    Sebenarnya kita mempunyai aqidah dan qaidah hidup dengan prinsip-prinsip yang jelas. Islam adalah manhaj al-hayah yang diturunkan Allah untuk seluruh umat dan segala bangsa, syariah lengkap dan sempurna mencakup segala aspek kehidupan, baik aqidah, ubudiyah maupun ijtimaiyyah. Dalam hal ini Allah memerintahkan agar kita melaksanakan Islam secara kaffah (keseluruhan) tidak sepotong sepotong. Sebagaimana Kalam-Nya:
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
     “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2] : 208)

    Berjama’ah, Inti Syariat Islam
    Satu hal yang sangat prinsipil dan merupakan pilar tegaknya Islam telah lama ditinggalkan yang menjadi sebab hilang sibghah dan wijhah (warna dan arah) yaitu system dan pola hidup berjamaah dan berimamah. Allah berkalam dalam Al-Qur’an:
    وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
    "Dan berpegang teguhlah (kamu sekalian) pada tali (agama) Allah seraya berjama'ah dan janganlah bercerai berai," (QS. Ali Imron [3] : 103).

    Sayid Quthb saat menafsirkan ayat ini mengatakan, ada 2 (dua) kekuatan dan ciri umat Islam yang terkandung di dalam ayat 103 surat Ali Imron ini. Pertama, keimanan. Kedua, Persatuan dan ukhuwwah. Jika satu diantara kedua sifat itu tidak ada, maka tidak ada gunanya umat ini. Dalam Firman Allah yang lain,
    شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
    “Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy-Syuura [42]: 13)

    Pada ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa ad-dien (agama) yang di syariatkan untuk manusia yang dibawa oleh para Rasul hanyalah satu, yaitu Islam. Jarak antara Nabi Nuh ‘Alaihi Salam dan Nabi Muhammad Shalallahu Alahi wa Sallam sekitar 8000 tahun, namun inti ajaran yang di syariatkan kepada keduanya adalah sama yaitu agar menegakkan agama (Islam) dan tidak berpecah belah di dalamnya.

    Islam adalah satu-satunya agama yang mengajak kepada persatuan, persaudaraan dan saling menolong serta mengecam perpecahan dan perselisihan. Hal ini banyak ditekankan di dalam Al-Qur’an antara lain: QS. Ali-Imran: 103, Al-An’am: 65 dan 159, dan QS. Ar-Ruum: 31-32.

    Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menyampaikan bahwa umat Islam akan selamat dari kesesatan dan satu-satunya jalan menuju kejayaan hanya dengan bersatu dalam satu kepemimpinan (Al-Jama’ah). Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan menghimpun ummatku atau ummat Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam atas kesesatan. Tanggan Allah bersama Al-Jama’ah, barangsiapa menyempal maka dia menyempal ke neraka.” (HR. At-Tirmidzi)

    Kuat Dengan Berjama’ah
    Umat Islam berjumlah besar dan tersebar dimana-mana tapi jika aqidah dan keimanannya rapuh atau cacat maka mereka tidak akan sanggup menghadang setiap kebatilan dan kedurhakaan. Sementara, jika umat ini tidak bersatu, berpecah belah serta retak kekuatan persaudaraan dan robek untaian ukhuwwahnya, maka mereka tak akan maksimal menghadapi musuh-musuh Allah yang semakin durhaka dan kufur kepada syari'at Islam.

    Selama umat Islam di seluruh dunia tidak merupakan umat jama’ah dan imamah, selama itu pula mereka hanya menjadi objek penderita permainan orang, mutunya lenyap, nilainya enteng, harga dirinya rendah, pribadinya murah!

    Rasulullah Shallallahu ?laihi wasallam pun menegaskan, “Wajib atas kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus lagi mendapat petunjuk, gigitlah di atasnya dengan gigi geraham. Dan Al-Jamaah itu adalah rahmat serta firqoh itu adalah siksa. ” (Al-Hadits).

    Aqidah yang kuat dan qaidah Islam yang benar pasti akan melahirkan pola hidup berjamaah dan berimaamah. Itulah pola dan fitrah kita sebagai muslim, teladan sunnah dan pola nubuwwah. Sistem dan pola yang telah ditempuh dan dijalankan oleh para Anbiya dan Auliya.

    Kaum anti Islam selalu berusaha sejak dahulu agar umat Islam tidak bersatu, dengan segala daya dan dana agar umat Islam tidak mewujudkan kesatuan jamaah dan kesatuan imaamah.

    Perjuangan besar untuk mengamalkan kembali Jama’ah dan imaamah ini, hanya bisa terlaksana dengan kekuatan bersama, kekuatan aqidah untuk berjuang menyongsong masa depan umat yang gemilang dan cemerlang. Hanya dengan mengikhlaskan niat dan tekad serta semangat berjuang, mari kita bergerak maju dengan langkah yang sama, satu aqidah dan satu qaidah dengan satu jama’ah dan imamah kita tegakkan bersama kalimah Allah di muka bumi ini. Sebab hanya dengan penerapan wahyu Allah Ta’ala bumi dan kehidupan ini akan menjadi barokah. Allah berkalam:
    وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
    “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS.Al-A’raf [7]: 96).

    Mari dengan aqidah dan semangat ukhuwwah, kita selesaikan bersama berbagai problema dan masalah umat ini. Mari kita akhiri hidup berpecah-belah dan berfirqoh-firqoh, kita sudahi hidup tanazu’ dan tafarruq karena akan menjadikan kita menjadi lemah, hina dan tak berdaya.

    Mari kita satukan barisan, luruskan shaf. Dengan Al-Qur’an kita buktikan bahwa Islam mampu memberi jawaban dan solusi terhadap krisis peradaban yang sedang melanda umat manusia di abad ini.
    Wallahu a’lam bishshowwab

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism