Rabu, 12 Februari 2014

  • Berkah

    Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
    وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
    Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf [7] : 96)

    Berkah menurut bahasa adalah karunia Allah Subhnahu Wa Ta’ala yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Berkah inilah sebenarnya yang dicari oleh setiap manusia. Sebab apalah artinya karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala apabila tidak mendatangkan kebaikan. Apalah artinya pangkat, apabila membuat pemiliknya pongah. Apalah artinya ilmu apabila membuat pemiliknya sombong. Apalah artinya harta, apabila membuat pemiliknya melupakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pangkat, ilmu, dan harta yang membuat pemiliknya seperti ini sudah tentu bukanlah berkah tetapi justru merupakan sebagian azab Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

    Fenomena kota-kota modern saat ini membuktikan hal ini. Betapa kagumnya orang dengan kemegahan kota Tokyo, London, New York atau Los Angeles. Betapa tingginya perputaran uang di kota yang disebut terakhir karena disinilah pusat perjudian terbesar di dunia. Namun bukan rahasia lagi, bahwa kota kriminal dan kebejatan moral tertinggi adalah New York dan Los Angeles. Kurang lebih sejak 20 tahun yang lalu, menurut statistik hampir rata-rata tiap dua menit terjadi perkosaan dan pembunuhan, sehingga penduduknya banyak yang terpaksa pindah karena tidak betah lagi tinggal di kota tersebut.

    Pada ayat di atas, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa keimanan dan ketakwaan menyebabkan turunnya berkah. Sebab iman mendorong manusia beramal (bekerja) sedang takwa membuat manusia berhati-hati karena merasa selalu diawasi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dengan demikian turunlah berkah dari langit dan menyemburlah berkah dari bumi.

    Menurut para ulama berkah itu ada dua macam, yaitu berkah yang tampak (hissy) dan yang tidak tampak tapi bisa dirasakan (maknawi). Berkah hissy berupa kesuburan tanah, hujan yang teratur, hasil bumi yang melimpah, lancarnya perekonomian, tergalinya sumber daya alam seperti minyak bumi, emas, batubara dsb.

    Berkah maknawi berupa petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang diberikan kepada manusia sehingga mereka dapat melaksanakan tuntunan agama secara sempurna. Demikianlah berkah yang dibukakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga karunia yang diberikan kepada manusia akan membawa kebaikan.

    Sebaliknya berkah ini akan dicabut manakala manusia mendustakan tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Meskipun hujan turun, bukan kesuburan yang dibawanya, melainkan banjir yang merusak segala apa yang dimiliki manusia. Meskipun sebuah negeri subur, bukan kemakmuran yang datang, melainkan berbagai bencana yang dirasakan. Meskipun harta melimpah bukan ketenangan yang didapatkan tetapi kejahatan terus meningkat. Bunuh diri, pembunuhan dan perampokan, kecelakaan menjadi santapan setiap hari. Inilah mungkin bukti dicabutnya berkah oleh Allah Ta’ala.

    Pada ayat di atas, kita juga diberi pedoman hidup yang jelas oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwasanya hidup beriman dan bertakwa bukan hanya untuk mengejar kebahagiaan di akhirat saja. Tetapi dengan iman dan taqwa diharapkan berkah di dunia akan melimpah sehingga manusia dapat merasakan nikmatnya karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dilimpahkan kepada mereka di dunia ini. Ayat ini menunjukkan bahwa kemakmuran materi berkait erat dengan kemakmuran rohani dan imani.

    Betapapun melimpahnya kekayaan manusia, tidaklah akan membawa kebaikan kalau iman dan taqwa tidak ada. Bahkan siksa Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan terus membayangi mereka.

    Hal inilah yang digambarkan oleh Allah Subhahahu Wa Ta’ala pada ayat lain:
    فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
    “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am [6] : 44)

    Datangnya siksa Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan tiba-tiba maksudnya mereka tidak mengetahui dari mana datangnya.

    Senada dengan ayat ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Apabila engkau melihat Allah memberikan harta dunia kepada hamba-Nya yang banyak maksiat, apa saja yang dia inginkan, maka pemberian itu adalah istidraj.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (IV/145) no. 17349. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 413). Istidraj artinya seseorang dikeluarkan dari kebenaran tanpa disadari.

    Karena itu marilah kita jaga iman dan taqwa kita dengan bekerja sebaik-baiknya dan menghindari berbagai pelanggaran sehingga berbagai bencana yang sering kita rasakan akhir-akhir ini berganti dengan keberkahan yang merata di seluruh pelosok bumi dan berbagai persoalan yang melilit bangsa ini segera diberi jalan keluar oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya:
    وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
    “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya...” (Q.S. At Thalaq [65]: 2-3)

    Wallahu A’lam bis Shawwab.                                                  

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism