Rabu, 11 Februari 2015

  • Penyebab Kerusakan di Muka Bumi

    Banjir di Istana Presiden
    Marilah kita hayati kembali firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam surat Ar-Ruum ayat 41 :
    ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
    Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar-Ruum [30] : 41).

    Dalam ayat yang mulia ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti kerusakan yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi.

    Imam Abul ‘Aliyah Ar-Riyaahi, seorang generasi tabi’in terpercaya dalam periwayatan hadits menjelaskan bahwa barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka berarti dia telah berbuat kerusakan.  Adapun perbaikan di muka bumi hanyalah dapat dicapai dengan ketaatan kepada Allah.

    Imam Asy-Syaukani menafsirkan ayat tersebut bahwa dalam ayat ini Allah menjelaskan perbuatan syirik dan maksiat adalah sebab timbulnya berbagai kerusakan di alam semesta.

    Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta’ala menyatakan, bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Maka ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti kerusakan yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi.

    Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
    وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
    Artinya : “Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa) kalian sendiri, dan c(dari kesalahan-kesalahan kalian).” (QS Asy-Syura [42] : 30).

    Syaikh Abdurrahman As-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini dengan berkata, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan.

    Termasuk musibah dan kerusakan yang terjadi dalam rumah tangga, seperti tidak rukunnya hubungan antara suami dan istri, serta seringnya terjadi pertengkaran di antara mereka, penyebab utama semua ini adalah perbuatan maksiat yang dilakukan oleh sang suami atau istri.

    Itulah, maka ulama sholih terdahulu mengatakan, “Sungguh ketika aku bermaksiat kepada Allah, maka aku melihat pengaruh buruk perbuatan maksiat tersebut pada tingkah laku isteriku.”

    Pada bagian lain, Allah menjelaskan ciri orang munafik sebagai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, karena buruknya perbuatan maksiat yang mereka lakukan dalam menentang Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Dalam hal ini Allah menyebutkan :
    وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ() أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشْعُرُونَ
    Artinya : “Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’. 
    Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS Al-Baqarah [2] : 11-12).

    Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menguraikan, melakukan maksiat di muka bumi dinamakan berbuat kerusakan karena perbuatan tersebut menyebabkan rusaknya apa yang ada di muka bumi, baik secara langsung atau tidak langsung, seperti berkurangnya biji-bijian, rusaknya buah-buahan, habisnya pepohonan dan tumbuh-tumbuhan, karena terkena penyakit yang disebabkan perbuatan maksiat manusia.

    Justru manusia ditugaskan Allah ke permukaan bumi ini adalah untuk melakukan perbaikan dengan cara memakmurkannya dengan kethaatan dan keimanan kepada Allah. Untuk inilah Allah menciptakan manusia dan menempatkan mereka di muka bumi ini serta melimpahkan rezeki kepada mereka. Dengan limpahan rezeki tersebut manusia hendaklah melaksanakan kethaatan dan ibadah kepada-Nya. Bukan sebaliknya,  malah membuat kerusakan dan kehancuran di muka bumi.

    Memang bumi ini seyogyanyalah diwariskan kepada orang-orang beriman, orang-orang yang shalih, untuk menjaganya, memeliharanya dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan penghuninya.

    Allah menyebutkan di dalam firman-Nya :
    وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِن بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
    Artinya : “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur, sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini akan diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang shalih. (QS Al-Anbiya’ [21] : 105).

    Pada ayat lainnya disebutkan :
    وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
    Artinya : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS An-Nuur [24] : 55).

    Kerusakan itu diperparah dengan adanya kemaksiatan yang dilakukan manusia di lingkungan masyarakat, yang menyebabkan cepatnya azab Allah kepada manusia. Seperti peringatan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
    Artinya : “Jika perbuatan zina dan riba telah tampak di suatu negeri, maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan diri mereka untuk diazab oleh Allah”. (HR Ath-Thabrani dan Al-Hakim).

    Takhtim
    Untuk itu, marilah kita berhenti dan menghentikan perbuatan maksiat, jangan mempersekutukan Allah, bersatu pada dalam menjalankan syariat Allah, tidak saling berpecah belah, dilanjutkan dengan kembali bertaubat pada aturan yang Allah tetapkan, merupakan jalan keluar paling pokok dari semua pangkal kerusakan di muka bumi.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya di dalam kalam suci-Nya :
    مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ() مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
    Artinya : “Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS Ar-Rum [30] : 31-32).

    Semoga Allah memberkan kesabaran dan ketangguhan jiwa terhadap kita dan saudara-saudara kita yang sedang diuji dengan musibah dan cobaan. Serta semoga Allah mempermudah langkah taubat dan amal shalih kita. Amin ya robbal ‘alamin.

     Wallahu A’lam

    .............................................

    AYO BERPARTISIPASI MEMBANGUN
    MASJID AN-NUBUWWAH

    Bank Mandiri  :  11400-1075397-1
    Bank Muamalat  : 4760002575
    Bank BRI : 06600-1000-271-302
    Bank BNI Nomor : 03558-74883
    Atas nama Panitia Pembangunan
    CP  Ir. Novirzal S,Pd.  0812 7983342

    HADIRILAH!

    SEMINAR Kepemimpinan Umat

    Tema: Konsep Kepemimpinan Islam Sepanjang Tuntunan Al-Qur’an dan As Sunnah

    Sabtu, 23 Jumadil Awwal 1436H/
                14 Maret 2015M
    Tempat : Aula Islamic Centre, Koja, Jakarta Utara

    Pembicara:
    1. Ir. Ismail Yusanto (HTI)
    2. KH. Habib Riziq (FPI)*
    3. Dr. Abdul Malik ( UII Malaysia)

    TABLIGH AKBAR

    Ahad, 15 Maret 2015M
    Masjid Islamic Centre, Koja, Jakarta Utara

    Pembicara:
    1. KH. Umar Rasyid (Darul Ifta)
    2. KH. Abul Hidayat S
    3. Imamul Muslimin
        KH. Yaksyallah Mansur MA.

    Panitia: Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
                  Wilayah Jabodetabek

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism