Kamis, 16 Juni 2016

  • Jangan Biarkan Puasa Kita Sia-Sia

    Puasa Ramadhan adalah ibadah yang bertumpu pada menahan diri. Yakni menahan diri dari makan, minum dan dari hal-hal yang membatalkannya. Lebih dari sekedar itu, puasa juga hakikatnya adalah menahan atau mengendalkan diri dari perkataan dusta, berlaku bodoh, atau dari berlaku maksiat.

    Secara fisik mulutnya berpuasa dan dari makan dan minum. Namun hakikatnya secara maknawi lisannya pun ikut berpuasa dari menyakiti, menggunjing dan menipu orang lain.

    Jika tidak seperti itu, maka kita akan sangat khawatir dari ancaman yang pernah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya :

    Artinya: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya, serta berlaku bodoh, maka tidak ada keperluan bagi Allah terhadap meninggalkan makan dan minumnya (puasanya)”. (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

    Jadi, sepertinya memang Allah tidak butuh dengan orang seperti ini. Berpuasa tapi tidak berpuasa. Ia hanya akan mendapatkan haus dan lapar saja, tanpa menerima pahala dari keutamaan ibadah puasa itu sendiri. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun mengingatkan dalam sabdanya :

    Artinya : “Betapa banyak orang yang puasa, tidaklah memperoleh apa-apa baginya dari puasanya selain lapar, dan betapa banyak orang yang mendirikan shalat, tidaklah memperoleh apa-apa baginya dari shalatnya kecuali lelah”. (H.R. Ad-Darimi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

    Apalagi kalau sampai ia tidak berpuasa atau berbuka puasa padahal tidak ada udzur yang dibenarkan secara syar’i. maka, itu sungguh sangat besar dosanya. Kalaulah saat berpuasa itu sangat haus karena terik matahari dan panasnya hawa udara. Ya, karena memang namanya puasa itu adalah menahan diri.

    Jika kita berpuasa kok merasa lapar mungkin karena sahur sedikit. Ya, demikianlah nama saja puasa, menahan diri.

    Dalam perkara ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperingatkan di dalam sabdanya :

    Artinya : “Barangsiapa berbuka puasa pada bulan Ramadhan tanpa adanya keringanan dan tidak pula sakit, maka tidak dapat diganti shaumnya itu walaupun dengan puasa setahun terus-menerus”. (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyalllahu ‘Anhu).

    Karena itu, Imam Al-Ghazali (wafat tahun 505 H.) dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin menguraikan tiga tingkatan orang-orang yang berpuasa, yaitu: puasanya orang biasa (umum), puasanya orang khusus dan puasanya orang yang sangat khususul khusus (istimewa).

    Puasa biasa, maksudnya adalah hanya sekedar menahan diri terhadap makan, minum dan dari hal-hal yang membatalkannya. Puasa khusus, maksudnya adalah puasa plus dengan menjaga telinga, mata, lidah, tangan serta kaki dan juga anggota badan lainnya dari berbuat dosa.

    Sedangkan puasa istimewa, maksudnya adalah puasa khusus plus diikuti amaliyah hati dengan mencegahnya dari memikirkan perkara-perkara yang hina dan duniawi, yang ada hanyalah mengingat Allah.

    Maka, jika ada ajakan berbuat kemungkaran serta kemaksiatan, ingatkan diri ini bahwa kita sedang berpuasa. Seperti diingatkan dalam sebuah hadits:

    Artinya : “Setiap amal baik anak Adam baginya, kecuali puasa, maka sesungguhnya puasanya untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Dan puasa itu perisai, maka apabila seseorang di antara kalian shaum janganlah berkata-kata kotor dan dusta. Maka jika seseorang mencacinya atau mencelanya, maka hendaklah ia berkata : ‘Sesungguhnya aku diperintahkan puasa. Dan Dzat yang diri Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya bau orang yang puasa itu lebih harum di sisi Allah daripada baunya minyak wangi misik. Bagi orang yang puasa ada dua kebahagiaan, kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan dengan puasanya saat berjumpa dengan Tuhannya”. (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

    Karena itu, mari jangan biarkan puasa kita sia-sia dengan melakukan tindakan bodoh berupa perbuatan dosa, maksiat dan kemungkaran lainnya. Namun hendaklah selalu mengiringi puasa kita dengan perbuatan-perbuatan yang baik, seperti ;

    1. Giat Bertadarrus Al-Quran,

    Hal ini mengingat pada bulan Ramadhanlah Al-Quran diturunkan, Qs. Al-Baqarah: 185)

    2. Banyak Berdo’a

    Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Artinya: ”Sesungguhnya bagi orang yang shaum pada saat berbukanya terdapat doa yang tidak tertolak”. (H.R. Ibnu Majah dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘Anhu).

    2. Banyak Berdo’a
    Dalam Sebuah Hadis disebutkan, “Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah orang yang paling dermawan dalam berbuat kebaikan (pada bulan Ramadhan) melebihi cepatnya angin bertiup.” (H.R. Bukhari dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu).

    4.Makan Sahur

    “Bersahurlah kalian, karena sesungguhnya di dalam sahur terkandung barakah”. (H.R. Bukhari dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu).

    5.Menyegerakan Berbuka

    “Manusia masih tetap dalam keadaan baik selagi mereka menyegerakan berbuka puasa”. (H.R. Muslim dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu ‘Anhu).

    6.Menunaikan Zakat

    Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala : Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah / 9 : 103).

    7.I’tikaf

    “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beri’tikaf pada sepuluh yang akhir dari Ramadhan”. (H.R. Bukhari dai Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhu).

    Wallahu A’lam Bish Showab.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism