Kamis, 19 Maret 2015

  • Perpecahan Ummat Adalah Azab

    Ummat Islam
    Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman, artinya : Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. (Q.S. Al An’am [6], 65)

    Pada ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa Dia dapat saja mendatangkan azab duniawi kepada umat manusia, khususnya umat Islam baik yang datang dari atas atau dari bawah kaki mereka atau azab berupa perpecahan dan benci membenci di antara mereka.

    Azab didefinisikan oleh para ulama sebagai siksaan yang menimpa manusia sebagai akibat dari pelanggaran yang pernah atau sedang dilakukan terhadap larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

    Azab dari atas, misalnya turun hujan lebat terus menerus yang mengakibatkan banjir, angin topan yang merusak segala sesuatu yang dilalui, hama dan virus penyakit yang beterbangan di udara membawa epidemi dan sebagainya.

    Azab dari bawah, misalnya gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor, merajalelanya kejahatan, seringnya kecelakaan, harga-harga yang membumbung tinggi sehingga melemahkan daya beli dan sebagainya.

    Azab berupa perpecahan umat, misalnya karena pertarungan politik dan kekuasaan sehingga menimbulkan benci-membenci, yang menang menindas yang kalah dan yang kalah terus berusaha menjatuhkan yang menang sehingga kadang-kadang menimbulkan peperangan.

    Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir menyebutkan hadis-hadis yang memiliki relevansi dengan ayat ini, antara lain hadis yang diriwayatkan oleh Muslim:

    Aku minta kepada Allah tiga hal. Aku minta kepada-Nya agar tidak membinasakan umatku dengan bencana kelaparan lalu Dia mengabulkannya. Aku minta kepada-Nya agar tidak membinasakan umatku dengan banjir bandang lalu Dia mengabulkannya dan aku minta kepada-Nya agar tidak menimpakan keganasan sebagian ummatku kepada sebagian yang lain tetapi Dia menolaknya. (H.R. Muslim)

    Hadis ini –juga hadis-hadis yang semakna– secara jelas menunjukkan bahwa Allah menjamin dua hal bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai penghormatan kepada beliau. Jaminan tersebut berupa doa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang dikabulkan Allah, yaitu:

    Pertama: Allah tidak akan membinasakan umatnya dengan bencana yang pernah ditimpakan kepada umat-umat terdahulu. Bencana banjir pernah ditimpakan kepada kaum Nabi Nuh Alaihi Salam, kaum Tsamud dibinasakan dengan petir yang sangat keras, kaum ‘Ad dibinasakan dengan angin yang sangat dingin dan sebagainya.

    Kedua: Allah tidak menguasakan musuh atas mereka sampai kepada batas menindas dan melenyapkan eksistensi mereka sama sekali.

    Permintaan Rasulullah SAW yang tidak dikabulkan adalah agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menimpakan perpecahan pada umat Islam. Artinya persoalan ini diserahkan kepada umat Islam dan hukum sebab akibat.

    Dalam hal ini umat Islam berkuasa penuh atas dirinya. Allah tidak memaksakan sesuatu kepada umat ini dan tidak memberi kekhususan kepada mereka. Jika umat Islam konsisten dengan ajaran Islam pasti mereka akan tetap bersatu. Tetapi apabila mereka tidak memperhatikan bahkan melanggar ajaran Islam dengan melakukan berbagai macam kemaksiatan, pasti mereka akan berpecah-belah dan dikuasai musuh.

    Jadi ayat dan hadis tidak menunjukkan bahwa perpecahan yang terjadi di tubuh umat Islam adalah takdir atau kepastian yang mesti terjadi yang tidak mungkin dihindari, tetapi dia adalah merupakan akibat dari kesalahan/ dosa umat Islam sendiri.

    Sebab apabila perpecahan umat Islam itu merupakan kepastian niscaya tidak ada artinya ayat-ayat dan hadis-hadis yang memerintahkan umat Islam untuk menjaga dan mewujudkan kesatuan dan melarang berpecah belah.

    Firman Allah Subbhanahu Wa Ta’ala: Dan berpeganglah kamu kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai... (Q.S. Ali Imran [3], 103).

    ...Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (Q.S. Ar Rum [30], 31-32).

    Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (Q.S. Al Mu’minun [23], 52, 53).

    Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam: “Sesungguhnya Allah ridha atas kamu dengan tiga perkara dan benci kepada kamu dengan tiga perkara juga; 1). Dia (Allah) ridha atas kamu untuk menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya 2). Kamu berpegang teguh pada tali Allah seraya berjama’ah dan tidak berpecah belah, 3). Kamu menasehati orang yang diserahi Allah untuk memimpin urusan kamu. Dan Dia (Allah) benci kepada kamu dengan tiga perkara yaitu: 1). Beromong kosong, 2). Banyak bertanya (bukan untuk diamalkan) dan 3). Menyia-nyiakan harta. (H.R. Muslim)

    Hadis lain, “Aku perintahkan kepada kalian (Muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, dan mendengar, dan thaat, dan hijrah dan jihad di jalan Allah.” (HR. Ahmad)

    “Berjama’ah itu rahmat, dan berfirqah-firqah itu adzab.” (H.R. Ahmad)

    Mengomentari ayat-ayat dan hadis-hadis tentang perintah bersatu dan larangan berpecah-belah Dr. Yusuf Qardlawy berkata, “Tidak ada artinya pula nash-nash lainnya dari Al Quran dan melarang perpecahan, mewajibkan kaum Muslimin agar mempunyai satu Imaam dan tidak membaiat dua khalifah pada waktu bersamaan, serta memerangi orang yang bermaksud memecah belah kalimat atau urusan mereka.”

    Seandainya perpecahan itu suatu yang ditetapkan atas umat secara umum dan abadi niscaya perintah-perintah dan larangan-larangan tersebut sia-sia belaka, karena berarti memerintahkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi dan melarang sesuatu yang mustahil.

    Hadis-hadis yang menjelaskan bahwa Allah tidak menguasakan atas umat Islam musuh yang akan menghapuskan eksistensinya sama sekali dan bahwa Allah akan menimpakan perpecahan antar sesamanya, tidak menyebutkan bahwa hal tersebut akan terjadi di setiap belahan bumi umat Islam dan setiap zaman.

    Ia hanyalah penyakit dan wabah yang akan menyerang umat Islam manakala sudah cukup sebab-sebabnya. Mungkin “penyakit” perpecahan ini terjadi di suatu tempat tetapi tidak demikian halnya di tempat lain, atau di suatu zaman tetapi tidak demikian pada suatu zaman yang lain, atau terjadi pada suatu kaum tetapi tidak demikian pada kaum yang lain.

    Memahami hadis-hadis tentang perpecahan umat Islam hendaknya diimbangi dengan hadis-hadis lainnya yang memberi kabar gembira bahwa dakwah Islam akan berjaya dan akan masuk ke Eropa bahkan ke seluruh penjuru dunia.

    Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi..., Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Q.S. An Nur [24], 55)

    Dalam Kitab Shahihnya, Imam Muslim meriwayatkan dari Tsauban, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengecilkan bumi kepadaku. Dengan begitu aku bisa melihat masyriq (timur) dan maghrib (barat). Sesungguhnya umatku akan menguasai kerajaannya seperti dikecilkannya kepadaku. Aku diberikan dua mahkota, merah dan putih. Aku memohon kepada Tuhanku untuk umatku agar tidak lekang dengan berjalannya waktu dan tahun, tidak dikuasai oleh musuh di luar mereka sendiri yang bisa merampas kesucian mereka. Lalu Tuhanku berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya jika Aku menentukan sesuatu, maka itu tidak akan bisa ditolak. Aku telah memberikan kepada umatmu agar mereka tidak lekang oleh zaman dan tidak dikuasai oleh musuh di luar diri mereka sendiri yang bisa merampas kesucian mereka...” (H.R. Muslim)

    Ini adalah janji Allah kepada Rasulullah. Dia akan menjadikan umatnya sebagai pemimpin di dunia, pemimpin dan pelindung manusia. Hal ini tidak akan terwujud apabila umat Islam berpecahbelah dan saling bermusuhan. Kesemuanya itu akan terwujud manakala umat Islam bersatu di atas landasan Al Quran & Sunnah.

    Wallahu A’lam bis Shawwab.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism