Kamis, 30 Mei 2013

  • Islam Menyikapi Kemenangan


    Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

    إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ (١) وَرَأَيۡتَ ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجًا (٢) فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُ ‌ۚ إِنَّهُ ۥ ڪَانَ تَوَّابَۢا (٣)/ النصر [١١٠]: ١-٣.
    (Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (1) Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, (2) maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (3) – Q.S. An-Nashr [110]: 1-3)

    Surat ini disepakati para ulama sebagai surat Madaniyah walaupun turun di Makkah. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyatakan bahwa surat ini turun pada hari raya Kurban ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada di Mina pada haji Wada’ (Perpisahan) tahun 10 Hijriyah.

    Maka Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu menamai surat An-Nashr ini dengan surat At-Taudi’ karena terdapat isyarat dari ayat-ayatnya yang mengandung kesan tentang dekatnya ajal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan isyarat perpisahan beliau dengan umatnya setelah sempurnanya syari’at Islam yang dipahami dari namanya An-Nashr (kemenangan).

    Ibnu Abbas menyatakan bahwa surat ini merupakan pemberitahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa ajalnya sudah dekat.
    Menurut Ibnu Rajab, surat ini turun sebelum Fath Makkah (Ramadhan, tahun 8 H) karena firman Allah “إِذَا جَآءَ” menunjukkan dengan sangat jelas bahwa Fath Makkah belum terjadi. Sedang menurut Dr. Akram Dhiya’ Al-Umari dengan menukil riwayat Al-Bukhari, surat ini turun pada waktu Fathu Makkah tersebut, Wallahu A’lam.

    Surat ini mengandung tabsyir (kabar gembira) dari Allah dan perintah Allah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada saat kabar gembira itu datang.

    Kabar gembira itu terdapat pada ayat 1 dan 2 sedang perintah Allah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada saat kabar gembira itu datang terdapat pada ayat 3.

    Kabar gembira itu diisyaratkan dalam firman-Nya,

    إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ (١) وَرَأَيۡتَ ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجًا (٢)/ النصر [١١٠]: ١-٢.
    (Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (1) dan engkau telah melihat manusia masuk Islam dengan berbondong-bondong (2). – Q.S. An-Nashr [110]: 1-2)

    Pada 2 (dua) ayat ini menyebutkan 3 (tiga) kabar gembira kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
    1. Pertolongan Allah, artinya pertolongan Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatasi musuh-musuhnya. Penisbahan kata nashr (pertolongan) kepada Allah (نَصۡرُ ٱللَّهِ), di samping mengisyaratkan bahwa sumbernya dari Allah, juga bahwa pertolongan tersebut sangat besar, bukan sembarang pertolongan.
    2. Kemenangan (ٱلۡفَتۡحُ) terambil dari kata فتح yang menurut Ar-Raghib Al-Asfihani berarti menghilangkan penutup dan kesulitan. Arti kata ini kemudian berkembang menjadi kemenangan karena dalam kemenangan tersirat sesuatu yang diperjuangkan menghadapi sesuatu yang ditutup dari berbagai macam kesulitan. Abu Ishaq menyatakan bahwa yang dimaksud Al-Fath pada ayat ini adalah Fath Makkah. Ini merupakan pendapat yang bulat.
    3. Fath Makkah (pembebasan kota Makkah) disebabkan pelanggaran kaum musyrikin Makkah terhadap salah satu butir Perjanjian Hudaibiyah (tahun 6 H). Mereka membantu Banu Bakar menyerang Banu Khuzaah yang menyatakan diri berpihak kepada kaum muslimin. Atas pelanggaran ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumpulkan sepuluh sampai dua belas ribu pasukan menuju ke Makkah untuk membebaskannya dari orang-orang musyrik. Akhirnya umat Islam berhasil membebaskan kota Makkah tanpa pertumpahan darah. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke 8 H.
    4. Manusia masuk Islam dengan berbondong-bondong.

    Keberhasilan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membebaskan kota Makkah memberi pengaruh besar bagi orang-orang Arab dan menyebabkan mereka meyakini bahwa beliau benar-benar utusan Allah karena Allah telah menolong beliau seperti Allah pernah membela Ka’bah dari pasukan gajah. Inilah yang mengantar mereka berbondong-bondong memeluk agama Islam. Amr bin Salamah berkata:

    و كانت العرب تلوم بإسلامها الفتح يقولون انظروا فإن ظهر عليهم فهو صادق وهو نبى فلما جاءتنا وقعة الفتح بادر كل قوم بإسلامهم/ ابن سعد.
    (Bangsa  Arab menunggu-nunggu Al-Fathu (pembebasan kota Makkah untuk masuk Islam). Mereka berkata, “Tunggulah. Jika dia (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) menang atas mereka (Quraisy) berarti dia benar dan dia seorang nabi. Maka ketika terjadi pembebasan kota Makkah, setiap kamu bersegera masuk Islam – Ibnu Sa’d)

    Selanjutnya ketika tabsyir itu telah datang, Allah memerintahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

    فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُ ‌ۚ إِنَّهُ ۥ ڪَانَ تَوَّابَۢا (٣)/ النصر [١١٠]:٣.
    “Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat.” (3) – Q.S. An-Nashr [110]: 3)

    Walaupun secara tekstual ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tetapi maksudnya adalah untuk seluruh umat Islam. Sejumlah sahabat ketika ditanya oleh Umar bin Khatthab tentang maksud surat ini mereka menjawab, “Allah memerintahkan kepada kita untuk memuji dan meminta ampun kepada-Nya ketika kita dimenangkan oleh Allah dan suatu daerah dibebaskan untuk kita.”

    Jadi ketika kemenangan datang, kita diperintahkan melakukan 3 (tiga) hal:

    1. Tasbih (Mensucikan Allah)

    Kata tasbih berasal dari isim masdar سبح yang menurut Ar-Raghib al-Asfihani, berarti:

    المرّ السريع فى الماء وفى الهواء
    (Lewat dengan cepat di dalam air dan di udara)

    Dalam bahasa Indonesia kata ini diartikan dengan berenang. Orang yang berenang akan menjauh dari posisinya. Seorang yang bertasbih berarti menjauhkan Allah dari segala kekurangan, kejelekan bahkan dari segala sifat kesempurnaan yang terbayang dalam benak manusia.

    Tasbih juga digunakan atau diucapkan untuk menggambarkan ketakjuban atas sesuatu. Karena itu menurut Ibnu Asyur, bisa juga perintah bertasbih itu mengisyaratkan bahwa pertolongan dan kemenangan itu adalah sesuatu yang menakjubkan.

    2. Tahmid (Memuji Allah)

    Kata tahmid berasal dari hamd (حمد) artinya memuji Allah karena karunia-Nya. Artinya mengakui bahwa pertolongan dan kemenangan sehingga dapat membebaskan kota Makkah tidaklah terjadi kalau bukan karunia Allah. Dan tidaklah semua itu karena tenaga manusia atau tenaga siapapun di alam ini, melainkan semata-mata karunia Allah. Maka setelah kemenangan datang hendaknya yang dipuji hanya Allah, bukan yang lain.

    3. Istighfar (Memohon Ampun kepada Allah)

    Ini penting sekali karena selama berjuang sebelum datangnya kemenangan kerap kali ada perasaan kecil hati, ragu-ragu, kurang yakin akan pertolongan Allah. Maka mohon ampunlah atas perasaan-perasaan yang demikian ini agar hati menjadi bersih kembali karena Allah sangat menerima taubat bagi orang yang mau taubat (kembali) kepada-Nya.

    Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Aisyah, “Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengerjakan shalat, setelah turunnya surat ini kecuali membaca:

    سبحانك اللهم ربنا وبحمدك اللهم اغفرلى
    (Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami dan dengan memuji-Mu, Ya Allah ampunilah kami)

    Surat ini juga merupakan tabsyir (kabar gembira) bagi para penegak kebenaran bahwa kebenaran pasti akan menang melawan kebatilan. Hanya kemenangan itu datang setelah melalui proses perjuangan seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersama para sahabatnya. Apabila kemenangan datang hendaknya disikapi sesuai dengan tuntunan Allah yang terkandung dalam surat ini. Wallahu A’lam bis Shawwab. (T/P06/R2).

    KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.
    ( Pimpinan Ma’had Al-Fatah Indonesia )

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Buletin Jum'at Ar-Risalah.

    Designed by Templateism